Bisnis.com, JAKARTA – Investor kawakan di pasar saham Indonesia, Lo Kheng Hong mengungkapkan batas harga murah ketika membeli saham dan cara menghitung valuasi secara sederhana.
Dalam video yang diunggah akun YouTube Hungry Stock, Lo Kheng Hong menuturkan dia selalu melihat price book ratio value (PBRV) dan price earning ratio (PER) untuk mengukur harga sebuah saham
“Saya menggukur murah atau mahal pakai metode yang sederhana yaitu price earning ratio dan price book ratio value,” jelasnya, seperti dikutip Kamis (29/7/2021).
Menerutnya, melihat PER dan PBRV ini adalah metode yang sederhana dan mudah untuk dipahami dan dipakai oleh investor awam.
Pak Lo, panggilanya, mencontohkan PBRV dari emiten perbankan yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Raykat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).
Mengitup data dari RTI, Kamis (29/7/2021) sesi I, saham BBCA tercatat memiliki valusasi PBRV sebesar 3,93 kali dengan PER 25,50 kali. Kemudian, valusasi PBRV BMRI mencapai 1,48 kali dan PER 11,38 kali.
Baca Juga
Sementara itu, BBRI terpantau memiliki PBRV senilai 2,41 kali dan PER 16,94 kali. Terakhir, BBNI memiliki valuasi PBRV senilai 0,80 kali dengan PER 9,62 kali.
Lo Kheng Hong menuturkan melihat dari besaran nilai PBRV diantara keempat bank tersebut, dia enggan untuk memilih BBCA, BMRI atau pun BBRI.
Dia akan memilih saham BBNI karena menurutnya BNI juga merupakan salah satu perusahaan yang tidak kalau besar dengan ketiga bank lainnya.
“Daripada BCA atau Bank Mandiri, saya akan pilih BNI yang sama-sama bank besar, saya pilih ini lebih murah,” jelas Pak Lo.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.