Bisnis.com, JAKARTA—Pertumbuhan dana kelolaan sejumlah manajer investasi terbesar di Indonesia terpantau beragam per akhir semester I/2021 dengan mayoritas mengalami penurunan dana kelolaan.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per akhir paruh pertama tahun ini akumulasi nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana secara industri adalah Rp536,11 triliun.
Jumlah tersebut terpantau turun 6,53 persen dibandingkan NAB per akhir Desember 2020 lalu yang sebesar Rp573,54 triliun.
Sebagai catatan, total dana kelolaan yang dihitung adalah hanya untuk produk-produk reksa dana termasuk reksa dana berdenominasi dolar yang telah dikonversi nilainya ke dalam rupiah. Namun angka tersebut tidak termasuk dana kelolaan produk investasi alternatif.
Di antara manajer investasi (MI) yang terdaftar di OJK, PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) menduduki posisi pertama sebagai MI dengan dana kelolaan terbesar dengan NAB Rp56,67 triliun per akhir semester I/2021.
MAMI mengukuhkan posisinya dengan mencatat pertumbuhan 14,83 persen secara year to date hingga akhir Juni 2021 dari posisi akhir 2020 lalu yang sebesar Rp49,35 triliun, sekaligus menjadi satu-satunya MI di posisi tiga terbesar yang mencatat pertumbuhan.
Baca Juga
Di posisi kedua ada PT Bahana TCW Investment Management (Bahana TCW) dengan dana kelolaan Rp42,33 triliun. Berbeda dengan MI sebelumnya, Bahana TCW mengalami penurunan dana kelolaan 9,05 persen dari posisi akhir 2020 yang sebesar Rp46,54 triliun.
Kemudian di posisi ketiga PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI) menempel ketat dengan NAB Rp42,19 triliun. Snak dari Mandiri Sekuritas ini juga mencatat penyusutan secara ytd sebesar 14,04 persen dari posisi Rp49,29 triliun per akhir 2020.
Selanjutnya di urutan 4 dan 5 ada PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen (BPAM) dan PT Schroder Investment Management Indonesia (Schroder) dengan dana kelolaan Rp40,28 triliun dan Rp34,23 triliun.
Seperti tren industri, keduanya juga sama-sama mengalami penurunan. Dana kelolaan BPAM terpantau turun 11,38 persen dari posisi Rp45,45 triliun akhir tahun lalu dan Schroder turun 8,87 persen dari posisi Rp37,56 triliun dalam periode yang sama.
Lalu berikutnya berturut-turut ada PT Danareksa Investment Management (Rp24,35 triliun), PT Ashmore Asset Management (Rp23,89 triliun), PT Trimegah Asset Management (Rp23,67 triliun), PT BNI Asset Management (Rp21,34 triliun), dan PT Syailendra Capital (Rp20,58 triliun).
Di antara MI yang menduduki peringkat 6—10, mayoritas mengalami penyusutan dana kelolaan, kecuali Trimegah AM dan Ashmore AM.
Trimegah AM merupakan pendapatan baru di daftar 10 MI terbesar dengan mencatat pertumbuhan signifikan 34,41 persen secara ytd, sedangkan Ashmore mampu mencetak pertumbuhan 1,96 persen.
Berikut daftar lengkap 10 MI dengan Dana Kelolaan Terbesar per Akhir Semester I/2021:
Manajer Investasi | Des 2020 | Juni 2021 | Pertumbuhan |
Manulife Aset Manajemen Indonesia | 49,35 | 56,67 | 14,83% |
Bahana TCW Investment Management | 46,54 | 42,33 | -9,05% |
Mandiri Manajemen Investasi | 49,29 | 42,19 | -14,40% |
Batavia Prosperindo Aset Manajemen | 45,45 | 40,28 | -11,38% |
Schroder Investment Management Indonesia | 37,56 | 34,23 | -8,87% |
Danareksa Investment Management | 30,73 | 25,35 | -17,51% |
Ashmore Asset Management Indonesia | 23,43 | 23,89 | 1,96% |
Trimegah Asset Management | 17,61 | 23,67 | 34,41% |
BNI Asset Management | 25,78 | 21,34 | -17,22% |
Syailendra Capital | 25,36 | 20,58 | -18,85% |
*dalam Rp (Triliun)
**Sumber: OJK, diolah