Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Jatuh dari Level Tertinggi Tiga Bulan di Tengah Data Ekonomi Suram

Penurunan ini karena pelaku pasar mencerna angka klaim pengangguran yang baru dirilis.
Karyawati salah satu bank memperlihatkan uang rupiah dan dolar di Jakarta, Kamis (29/4/2021). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati salah satu bank memperlihatkan uang rupiah dan dolar di Jakarta, Kamis (29/4/2021). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Kurs dolar AS jatuh dari tertinggi tiga bulan terhadap sejumlah mata uang lainnya pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB). Penurunan ini karena pelaku pasar mencerna angka klaim pengangguran yang baru dirilis dengan euro mendapat dukungan saat investor melepaskan mata uang berisiko karena kekhawatiran atas penyebaran varian delta virus corona.

Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, turun 0,24 persen pada 92,417, dari Rabu (7/7/2021) ketika mencapai 92,844 untuk pertama kalinya sejak 5 April.

Pada akhir perdagangan di New York, euro naik menjadi US$1,1839 dari US$1,1806 di sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi US$1,3776 dari US$1,3801 di sesi sebelumnya. Dolar Australia turun menjadi US$0,7424 dari US$0,7487.

Dolar AS dibeli 109,81 yen Jepang, lebih rendah dari 110,61 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 0,9157 franc Swiss dari 0,9250 franc Swiss, dan naik menjadi 1,2532 dolar Kanada dari 1,2477 dolar Kanada.

Reaksi pasar muncul setelah data menunjukkan peningkatan tak terduga dari pelamar pertama kali untuk tunjangan pengangguran di Amerika Serikat, sebuah indikasi bahwa pemulihan pasar tenaga kerja dari pandemi Covid-19 terus berfluktuasi.

Klaim pengangguran awal AS, cara kasar untuk mengukur PHK, meningkat 2.000 menjadi 373.000 dalam pekan yang berakhir 3 Juli, Departemen Tenaga Kerja melaporkan pada Kamis (8/7/2021). Para ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan akan melihat 350.000 pemohon pengangguran awal untuk minggu lalu.

Penyebaran global varian Covid telah menambah kekhawatiran bahwa mungkin ada beberapa kekecewaan dalam hal pertumbuhan ekonomi dalam beberapa bulan mendatang, kata Mazen Issa, ahli strategi senior valas di TD Securities.

“Meskipun kami berhati-hati dalam menafsirkan aksi harga pada saat likuiditas tidak begitu banyak, kami pikir pasar sedang mempertimbangkan potensi ketakutan pertumbuhan karena varian Delta menyebar dan infeksi meningkat,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Ropesta Sitorus
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper