Bisnis.com, JAKARTA - PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG) akhirnya buka suara mengenai kabar divestasi saham salah satu portofolio bisnisnya, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG).
Direktur Saratoga Investama Sedaya Devin Wirawan mengatakan dirinya tidak dapat memberikan komentar khusus mengenai rencana divestasi Tower Bersama. Namun, dia juga tidak secara gamblang menampik kabar tersebut.
Menurutnya, Saratoga sebagai perusahaan investasi selalu mengevaluasi berbagai cara untuk memberikan nilai tambah kepada portofolio perusahaan. Perseroan juga menyebut banyak menerima tawaran dari pihak lain atas portofolio mereka.
“Dari waktu ke waktu kami menerima minat dari berbagai pihak ketiga dan kami selalu berupaya mencari opsi-opsi terbaik untuk perseroan dan para pemegang sahamnya dengan cara mempelajari semua tawaran yang masuk serta posisi yang ditawarkan termasuk menunggu saat yang tepat untuk mengambil keputusan investasi maupun divestasi,” ujarnya ketika dihubungi Bisnis, Rabu (7/7/2021).
Sebelumnya, mencuat kabar bahwa dua pemegang saham terbesar TBIG yakni Saratoga dan Provident Capital Indonesia sedang menjajaki potensi penjualan perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tersebut.
Saratoga mengempit sekitar 34 persen saham Tower Bersama melalui entitas anak usahanya PT Wahana Anugerah Sejahtera, sedangkan Provident Capital memegang 22 persen.
Baca Juga
Mitra pendiri Provident Capital Hardi Wijaya Liong adalah CEO Tower Bersama, dan Presiden Komisaris Saratoga Group Edwin Soeryadjaya adalah presiden komisaris perusahaan infrastruktur tersebut.
Dilansir dari pemberitaan Bloomberg, Selasa (6/7/2021), Saratoga dan Provident dikabarkan telah meminta proposal kepada bank tentang kemungkinan transaksi kepemilikan saham mereka. Hal ini dikutip dari sumber yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena rinciannya bersifat pribadi.
Penjualan emiten menara telekomunikasi tersebut ditaksir bernilai sekitar Rp43,5 triliun atau setara US$3 miliar pada harga penutupan Senin (6/7/2021). Adapun, Tower Bersama memiliki nilai pasar sekitar US$5,3 miliar.
Dengan valuasi US$3 miliar, penjualan saham jika berhasil akan menjadi kesepakatan terbesar kedua di Indonesia pada tahun 2021, setelah merger senilai US$7,5 miliar antara perusahaan e-commerce PT Tokopedia dan perusahaan ride-hailing dan pembayaran Gojek.
Saham Tower Bersama memangkas kerugian menjadi 1,2 persen pada Selasa (6/7/2021) setelah laporan Bloomberg News. Saham Saratoga naik sebanyak 6,2 persen, menyentuh level intraday tertinggi sejak 30 Juni.
Pembicaraan ini berada pada tahap awal dan mungkin tidak menghasilkan penjualan perusahaan, kata sumber Bloomberg.
Didirikan pada 2004, Tower Bersama menyewakan ruang di menara telekomunikasi untuk antena dan peralatan nirkabel lainnya. Perusahaan melaporkan laba bersih yang disesuaikan sekitar Rp1 triliun pada tahun 2020, meningkat 17,6 persen dari Rp820 miliar pada tahun sebelumnya.