Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Gagal Ditutup di Level 6.000, Investor Asing Borong Saham Rp2 Triliun

Hingga akhir sesi II, IHSG ditutup koreksi 0,18 persen atau 10,87 poin menjadi 5.996,25. Sepanjang hari ini, indeks bergerak di rentang 5.884,92-6.021,49.
Pekerja melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (1/2/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pekerja melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (1/2/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA —  Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup di zona merah meskipun investor asing cenderung masuk.

Setelah bergerak dalam teritori negatif sepanjang sesi I perdagangan hari ini, Senin (21/6/2021), indeks harga saham gabungan (IHSG) mulai merangkak naik pada sesi II hingga akhirnya kembali menapak di zona hijau.

Tercatat, jelang pukul 14.00 indeks komposit telah bergerak di zona hijau dan kembali ke level 60000-an, bahkan sempat menyentuh level tertingginya hari ini di 6.021,49. Jumlah saham yang menghijau pun menjadi 175 saham.

Padahal, pada perdagangan sesi I, indeks sempat ambrol 2 persen dan menyentuh level terendah harian 5.884,92.

Namun hingga akhir sesi II, IHSG ditutup koreksi 0,18 persen atau 10,87 poin menjadi 5.996,25. Sepanjang hari ini, indeks bergerak di rentang 5.884,92-6.021,49.

Total transaksi jelang penutupan mencapai Rp13,44 triliun. Investor asing cenderung masuk dengan net buy Rp2,11 triliun.

Investor asing masuk ke saham BBRI dengan net buy Rp80,8 miliar, BBNI Rp68,7 miliar, dan BMRI Rp63,2 miliar. Di sisi lain, terjadi crossing saham SMMA dengan net buy mencapai Rp2,25 triliun

Sebetulnya, keputusan pemerintah untuk melakukan penyesuaian penerapan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro dengan lebih ketat mulai 22 Juli 2021—5 Juli 2021 disambut positif oleh pelaku pasar saham.

Analis Indo Premier Sekuritas Mino mengatakan penguatan IHSG terjadi pasa sesi II setelah anjlok pada sesi I salah satunya sebagai respons atas keputusan yang dipilih oleh pemerintah untuk memperketat PPKM Mikro, karena sesuai dengan ekspektasi pasar.

“Ya memang yang realistis sekarang adalah pengetatan PPKM Mikro jadi boleh dibilang sesuai ekspektasi pasar,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (21/6/2021)

Dia mengatakan para pelaku pasar khawatir pemberlakuan aktivitas yang lebih ketat seperti lockdown akan memberikan dampak negatif terhadap perekonomian, tetapi dalam jangka panjang diharapkan hasil dari PPKM Mikro dapat memberikan dampak positif.

“Pasar inginnya kasus Covid-19 bisa dikendalikan, diturunkan. Dalam jangka panjang PPKM Mikro diharapkan bisa menekan kasus baru sehingga bisa positif juga ke ekonomi dan ke pasar,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper