Bisnis.com, JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) diprediksi berpotensi melanjutkan tekanan wajar pada perdagangan hari ini, Senin (21/6/2021).
Sepanjang pekan lalu, IHSG terpantau berfluktuatif atau mengalami pelemahan 1,41 persen dibanding pekan sebelumnya menjadi parkir di level 6.007,12 pada penutupan perdagangan Jumat (18/6/2021).
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, koreksi IHSG pekan lalu memang terjadi lantaran sentimen mengenai rencana kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed. Perlu diingat, The Fed hanya menyampaikan akan mengurangi pembelian obligasi namun tidak disampaikan kapan hal tersebut akan terjadi, dan hal itu telah membuat imbal hasil obligasi dalam negeri menjadi tertekan.
“Sekarang, impact kepada emerging market hanya tinggal menunggu waktu, antara Juli atau August ketika The Fed mulai menyampaikan kapan musim taper tantrum itu tiba,” kata dia dalam risetnya, Senin (21/6/2021).
Berdasarkan analisa teknikal, pihaknya melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak melemah terbatas dan diperdagangkan pada level 5.972–6.083.
Sementara itu, CEO PT Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya menyampaikan perkembangan pergerakan IHSG masih terlihat akan berada dalam kondisi tertekan.
"Secara umum IHSG masih berada dalam fase konsolidasi jangka panjang dikarenakan masih minimnya sentimen yang dapat mem-booster kenaikan IHSG," paparnya dalam publikasi risetnya, akhir pekan lalu.
Jelang berakhirnya semester I/2021, capital inflow belum terlihat akan bertumbuh signifikan ditambah dengan kondisi masih melambatnya perputaran roda perekonomian. Per Jumat, Bursa Efek Indonesia mencatat net buy asing senilai Rp15,73 triliun. Hal ini cukup menjadi tantangan untuk dapat mendorong kenaikan IHSG secara signifikan.
William memprediksi pada hari ini, IHSG berpotensi berada dalam tekanan di rentang 5.924 - 6.123. Sejumlah saham pilihannya adalah ADHI, WIKA, UNVR, BINA, BBCA, GGRM, SMRA, ASRI, dan ICBP.
Mengutip Bloomberg, potensi pelemahan pada IHSG juga berpotensi diikuti oleh bursa saham Asia yang lain. Hal ini masih merupakan efek dari sentimen kebijakan The Fed.
"Pelaku pasar bisa mencermati bahwa pengurangan bukanlah pengetatan moneter (hanya pelonggaran yang lebih lambat) dan kenaikan suku bunga masih cukup jauh di sebagian besar negara maju.” kata Shane Oliver, kepala strategi investasi di AMP Capital, dalam sebuah catatan.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Pada 15.00 WIB, IHSG ditutup pada zona merah atau melemah 0,18 persen ke level 5.996,25.
Sepanjang Senin ini, IHSG bergerak dalam rentang 5.884,91-6.021,49.
Pukul 13.30 WIB, IHSG terpantau mendatar memasuki perdagangan sesi II atau di posisi 5.967,08
Hingga sesi II ini, IHSG telah bergerak dalam kisaran 5.884,91-5.969,14
Pukul 11.30, IHSG sesi pertama parkir di level 5.963,80 atau melemah 0,72 persen
Selama sesi pertama, IHSG bergerak di kisaran 5.884,91-5.966,31
Pukul 10.39 WIB, IHSG masih terkoreksi 0,79 persen ke posisi 5.959,74
Sejak pembukaan pagi ini, IHSG bergerak di kisaran 5.884,91-5.962,32
Pukul 08.55 WIB, IHSG melemah 47,15 poin atau 0,78 persen ke posisi 5.959,96.
Seluruh saham pada konstituen LQ45 kompak mengalami pelemahan.