Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Irak Perkirakan Harga Minyak Bisa Tembus US$75 per Barel di Semester Kedua

Menteri Perminyakan Irak Ihsan Abdul Jabbar mengatakan kisaran harga diperkirakan terjadi karena komitmen untuk pengurangan produksi OPEC+.
Hadijah Alaydrus
Hadijah Alaydrus - Bisnis.com 13 Juni 2021  |  07:58 WIB
Irak Perkirakan Harga Minyak Bisa Tembus US$75 per Barel di Semester Kedua
Aktivitas di kilang minyak Nasiriyah, Irak. - Bloomberg.

Bisnis.com, JAKARTA - Irak, produsen minyak terbesar kedua OPEC, memperkirakan harga minyak mentah akan berada di kisaran US$68 hingga US$75 per barel pada semester kedua tahun ini.

Menteri Perminyakan Irak Ihsan Abdul Jabbar mengatakan kisaran harga diperkirakan terjadi karena komitmen untuk pengurangan produksi OPEC+.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak telah memperkirakan awal pekan ini bahwa pemulihan permintaan minyak global akan mengumpulkan kekuatan di paruh kedua tahun ini, karena kelompok itu bersiap untuk mempertimbangkan menghidupkan kembali lebih banyak produksi yang terhenti.

Konsumsi minyak akan melonjak sekitar 5 juta barel per hari – atau sekitar 5 persen – pada paruh kedua tahun 2021 dibandingkan yang pertama ketika dunia bangkit dari kemerosotan pandemi.

OPEC dan mitranya telah memulihkan hampir 40 persen dari produksi yang mereka tutup ketika virus Corona menghancurkan permintaan setahun yang lalu, dan akan berkumpul pada 1 Juli untuk mempertimbangkan menghidupkan kembali sisanya.

Irak mengatakan pada bulan Mei bahwa pihaknya sedang mempertimbangkan untuk membeli saham Exxon Mobil Corp. di salah satu ladang terbesar di dunia. Saat ditanya tentang status Exxon, Jabbar mengatakan belum mundur dari lapangan West Qurna-1 karena negara itu masih mempelajari alternatifnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

Harga Minyak opec irak

Sumber : Bloomberg

Editor : Hadijah Alaydrus

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top