Bisnis.com, JAKARTA - Posisi kapitalisasi pasar PT Barito Pacific Tbk. di Bursa Efek Indonesia terpental dari 10 besar, kini menjadi di peringkat 16 besar. Berbekal prospek pemulihan kinerja, mampukah Barito kembali ke deretan 10 teratas itu?
Berdasarkan data Bloomberg, kapitalisasi pasar emiten berkode saham BRPT berada di posisi Rp81,25 triliun, di peringkat 16 saham dengan kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia.
Posisi itu tepat di bawah PT Sinar Mas Multiartha Tbk. (SMMA) dengan kapitalisasi pasar Rp82,78 triliun, dan tepat di atas posisi PT United Tractors Tbk. (UNTR) dengan kapitalisasi pasar Rp79,92 triliun.
Padahal, pada awal tahun BRPT sempat nyaman di posisi 10 besar untuk beberapa bulan perdagangan. Penurunan peringkat BRPT sejalan dengan koreksi saham yang terjadi sepanjang tahun berjalan 2021 hingga 20 persen.
Pada penutupan perdagangan Selasa (18/5/2021) BRPT parkir di level Rp880, naik 1,15 persen daripada perdagangan sebelumnya.
Emiten milik orang kaya ketiga di Indonesia versi majalah Forbes Prajogo Pangestu itu berhasil mencatatkan laba periode berhalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$45,27 juta pada kuartal I/2021.
Baca Juga
Perolehan itu jauh lebih baik dibandingkan dengan rugi US$2,08 juta yang didapatkan perseroan pada kuartal I/2020.
Laba itu juga didukung dengan pertumbuhan pendapatan 18,9 persen menjadi sebesar US$726,36 juta pada periode tiga bulan pertama 2021 dibandingkan dengan US$610,6 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Kendati demikian, beban pokok pendapatan turun menjadi US$477,16 juta pada kuartal I/2021, dibandingkan dengan US$518,64 juta pada kuartal I/2020.
Direktur Utama Barito Pacific Agus Pangestu mengatakan bahwa hasil kinerja keuangan perseroan pada kuartal I/2021 mencerminkan tren pemulihan yang kuat, melanjutkan tren positif sejak sepanjang paruh kedua tahun lalu.
“Bisnis petrokimia kami melaporkan kinerja kuartal yang kuat yang didorong oleh perluasan spreads produk di tengah meningkatnya permintaan regional dan Indonesia untuk polimer dan produk hilir lainnya. Sementara itu, lini bisnis energi kami terus memberikan kontribusi yang stabil pada pendapatan konsolidasi,” ujar Agus.
Lebih diperinci, pendapatan BRPT naik didukung kenaikan harga jual rata-rata produk petrokimia terutama untuk Ethylene, Polyethylene, dan Polypropylene dengan volume penjualan yang relatif stabil.
Harga Polyethylene dan Polypropylene naik menjadi US$1.192 per ton dan US$1.504 per ton dari masing-masing US$874 per ton dan US$1.036 per ton, sedangkan volume penjualan relatif stabil di level 539KT pada kuartal I/2021.
Dengan terus bergulirnya pelaksanaan vaksin global, Agus mengaku tetap optimistis meskipun dengan kewaspadaan terkait margin produk petrokimia, dan tetap berhati-hati jika ada hal tak terduga di pasar mengingat pandemi masih terjadi di seluruh dunia.
Agus menjelaskan akan tetap fokus pada keberlanjutan bisnis dan keunggulan operasional untuk mempertahankan tingkat operasi di seluruh fasilitas.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Kevin Suryajaya mengatakan bahwa prospek kinerja BRPT tetap positif pada tahun ini seiring dengan margin spread di lini bisnis petrokimia akan tetap kuat sepanjang 2021.
Dalam basis kuartalan, margin kotor BRPT melebar 1,8 persen karena didukung ASP yang lebih tinggi di bisnis petrokimia sehingga mendorong margin bersih perseroan keseluruhan tumbuh dari 2,5 persen menjadi 6,2 persen.
“Kami memperkirakan margin kotor perseroan akan tetap di kisaran 30 persen seiring dengan kenaikan harga minyak global yang berkontribusi sekitar 85 persen terhadap beban pendapatan bisnis petrokimia,” tulis Kevin dikutip dari risetnya yang dipublikasikan melalui Bloomberg, Selasa (18/5/2021).
Pada 2021, Kevin memperkirakan pendapatan BRPT dapat tumbuh menjadi US$3,2 miliar dibandingkan dengan US$2,33 miliar realisasi pendapatan pada 2020.
Selain itu, laba bersih Barito Pacific juga diproyeksi melejit menjadi US$134 juta pada 2021 dibandingkan dengan US$36 juta pada 2020.