Bisnis.com, JAKARTA - PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG) akan melakukan pemecahan nilai nominal saham dengan rasio 1:5 pada 20 Mei 2021.
Manajemen SRTG dalam laporannya di Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebutkan, perseroan melakukan pemecahan saham atau stock split setelah persetujuan rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) yang digelar pada Rabu (28/4/2021).
Tahapan stock split dimulai dari akhir perdagangan saham dengan nilai nominal dana di pasar reguler dan negosiasi pada 17 Mei 2021. Adapun, awal perdagangan saham dengan nominal baru di pasar reguler dan negoasiasi pada 18 Mei 2021.
"Akhir penyelesaian transaksi saham dengan nominal lama dan penentuan daftar pemegang saham yang berhak atas stock split pada 19 Mei 2021," papar manajemen Saratoga.
Tanggal distribusi dan awal perdagangan saham SRTG dengan nilai nominal baru pada 20 Mei 2021.
Pada penutupan perdagangan Jumat (7/5/2021), saham SRTG ditutup koreksi 0,44 persen atau 25 poin menjadi Rp5.600. Kapitalisasi pasarnya mencapai Rp15,19 triliun dengan valuasi PER 3,28 kali.
Baca Juga
Sebelumnya, Investor Relations Saratoga Investama Sedaya Ryan D Sual mengatakan aksi stock split sebagai upaya untuk meningkatkan likuiditas perdagangan sahamnya.
Rasio pemecahan nilai nominal saham yang diusulkan adalah 1 saham dengan nilai nominal Rp100 per saham menjadi 1 saham dengan nilai nominal Rp20 per saham, atau 1:5.
“Pemegang saham menyetujui untuk menggelar stock split dengan rasio 1:5,” ujar Ryan saat paparan publik, Rabu (28/4/2021).
Ryan menjelaskan bahwa pelaksanaan stock split itu seiring dengan perseroan melihat kapitalisasi pasar perseroan berada jauh di bawah nilai investasi aset bersih perseroan.
Per Februari 2021, emiten berkode saham SRTG itu memiliki nilai investasi aset bersih (NAB) sebesar US$2,6 miliar atau setara dengan Rp36,38 triliun. Sementara itu, kapitalisasi pasar SRTG berada di posisi Rp15,2 triliun.
Dari itu terdapat selisih yang cukup besar antara NAB dengan kapitalisasi pasar SRTG sekitar Rp21,12 triliun.
“Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kapitalisasi saham perseroan sesungguhnya berada 58 persen di bawah NAB kami, atau terdiskon,” papar Ryan.
Direktur Investasi Saratoga Investama Sedaya Devin Wirawan mengatakan bahwa di tengah banyaknya tantangan bisnis akibat pandemi Covid-19 yang juga membawa ketidakpastian, perseroan berhasil mencetak pertumbuhan bisnis sehingga NAB mencapai Rp36,38 triliun per Februari 2021.
“Kami berharap ke depan dapat meningkatkan likuiditas perusahaan, seperti stock split dan buy back untuk memperkecil diskon dari NAB dengan kapitalisasi pasar kami,” ujar Devin.