Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Getol Aksi Korporasi, Cek Rekomendasi Saham Saratoga (SRTG)

PT Saratoga Investama Tbk. (SRTG) menyiapkan sejumlah aksi korporasi seperti buyback saham, stock split, dan menambah saham anak usaha.
Salah satu portofolio investasi Grup Saratoga, Rumah Sakit Awal Bros Tangerang. Sejak April 2020, rumah sakit ini berganti nama menjadi Primaya Hospitals./primayahospitals.com
Salah satu portofolio investasi Grup Saratoga, Rumah Sakit Awal Bros Tangerang. Sejak April 2020, rumah sakit ini berganti nama menjadi Primaya Hospitals./primayahospitals.com

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten investasi milik Edwin Soeryadaya dan Sandiaga Uno, PT Saratoga Investama Tbk. (SRTG) agresif menjalankan sejumlah aksi korporasi. Hal itu membuat saham SRTG kian atraktif.

Saratoga berencana melakukan buyback saham senilai Rp150 miliar dan melakukan stock split saham, dengan rasio pemecahan saham 1 banding 5 (1:5), setelah memeroleh persetujuan RUPSLB pada 28 April 2021 sampai RUPS selanjutnya yang akan diadakan paling lambat pada 30 Juni 2022.

Buyback saham Saratoga dilakukan sebanyak-banyaknya 0,92 persen saham dari modal disetor atau maksimum hingga 25 juta lembar saham. Aksi buyback dilakukan seiring dengan keyakinan manajemen bahwa harga saham belum mencerminkan kinerja yang sesungguhnya. 

Fendi Susiyanto, analis Finvesol Consulting, menyampaikan berbagai aksi korporasi yang dilakukan Saratoga berpotensi besar menciptakan nilai tambah dan menjadikan prospek sahamnya semakin menarik. Apalagi secara fundamental harga saham berkode SRTG ini masih tergolong undervalued atau di bawah harga wajarnya. 

Strategi Saratoga yang fokus pada perusahaan yang sedang bertumbuh (growth-stage) atau mengawali pertumbuhan (early stage) pada tiga sektor utama yang prospektif dengan target Internal rate of return (IRR) di atas 20 persen per tahun, dinilai Fendi, merupakan strategi yang baik untuk meningkatkan nilai perusahaan secara cepat dan berkelanjutan.

"Tiga sektor investasi yang dipilih Saratoga merupakan kunci pertumbuhan ekonomi Indonesia, yaitu sumber daya alam, infastruktur, dan consumer Goods. Pemulihan ekonomi pasca pandemi akan memberikan momentum penguatan bisnis lebih cepat pada perusahaan-perusahaan investasi Saratoga," jelas Fendi dalam publikasi risetnya, Jumat (16/4/2021). 

Berkat diversifikasi investasi di tiga sektor strategis tersebut, meski tahun lalu ekonomi Indonesia mengalami resesi, Saratoga justru meraih kenaikan laba bersih sebesar 20 persen menjadi Rp 8,82 triliun. Nilai aset bersih (net asset value/NAV) perseroan di akhir tahun lalu meningkat 39 persen hingga Rp31,70 triliun.

Fendi menilai sebagai perusahaan investasi Saratoga memiliki portofolio investasi yang dominan di segmen pasarnya. Sebagai contoh, PT Adaro Energi Tbk. (ADRO) dan PT Tower Bersama Infrastruktur Tbk. (TBIG) yang sudah memasuki perusahaan matang.

Saratoga juga memiliki investasi di perusahaan yang masih dalam fase pertumbuhan seperti PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) dan PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk. (MPMX). 

Sepanjang 2020, nilai investasi Saratoga di MDKA naik 120 persen menjadi Rp10,18 triliun dan nilai investasi di TBIG tumbuh 56 persen menjadi Rp 12,64 triliun.

Tahun lalu, Saratoga juga berhasil membukukan pendapatan dividen sebesar Rp750 milliar, yang sebagian besar dikontribusikan oleh ADRO sebesar Rp 215 miliar, TBIG Rp 214 miliar, MPMX sebesar Rp 210 miliar, dan PT Provident Agro Tbk. (PALM) sebesar Rp 105 miliar.

Di sektor konsumer, Saratoga berinvestasi di PT Famon Awal Bros Sedaya atau Primaya Hospital. Grup Primaya Hospital ini terus memperluas jaringannya untuk mendukung upaya pemerintah memberikan fasilitas kesehatan terbaik dan terjangkau, termasuk dalam penanggulangan Covid-19.

Secara teknikal, sambung Fendi, saham SRTG sedang berkonsolidasi dalam pola symmetrical triangle, pasca kenaikan yang signifikan dari harga sebelumnya Rp3.500 ke harga Rp6.250.

Pola konsolidasi yang sedang terjadi dengan tren penguatan besar yang terlihat dari tiga garis moving average periode jangka pendek hingga panjang yang uptrend, menunjukkan ada peluang besar harga naik hingga mencapai level Rp8.700 hingga Rp 9.600 sebagai target harga penguatan secara teknikal.

Secara fundamental, SRTG yang memiliki NAV sekitar Rp 32,6 trilliun, dengan metode valuasi diskon holding sebesar 25 persen, maka nilai wajar SRTG sebesar Rp 24,45 triliun. 

Jika dibandingkan dengan kapitalisasi pasar SRTG sebesar Rp15,73 triliun di harga saham Rp 5.800, maka harga saham SRTG masih mencerminkan potensi kenaikan sebesar 55,4 persen ke harga wajarnya untuk mencapai intrinsic value sebesar Rp9.015 per saham.

Pada penutupan perdagangan Jumat (16/4/2021), saham SRTG ditutup menguat 325 poin atau 5,6 persen menjadi Rp6.125. Valuasi PER mencapai 1,88 kali dengan kapitalisasi pasar Rp16,62 triliun. Sepanjang 2021, saham SRTG naik 78,57 persen.

“Secara umum, harga saham SRTG undervalued dan atraktif untuk tujuan trading maupun investasi jangka panjang. Rencana buyback menunjukkan keyakinan manajemen SRTG untuk melakukan reinvestasi. Stock split juga akan membuat secara psikologis saham SRTG menarik bagi trader maupun investor karena harga saham lebih terjangkau," paparnya.

Direktur Investasi Saratoga Devin Wirawan menjelaskan berbagai aksi korporasi ini merupakan bagian dari strategi perusahaan untuk terus mendorong pertumbuhan bisnis perusahaan investasinya. Apalagi ditengah pandemi Covid 19 yang masih terjadi saat ini banyak peluang yang masih dapat dioptimalkan oleh Saratoga.

"Strategi Saratoga fokus berinvestasi pada perusahaan early-stage, growth-stage, dan special situation opportunities," jelasnya. 

Selama pandemi sejumlah perusahaan portofolio Saratoga menemukan momentum pertumbuhan bisnisnya. Ia menyebut kinerja MDKA terus menguat berkat kenaikan harga komoditas emas dan tembaga yang sangat tinggi di tahun 2020. 

Selain itu, kata Devin, migrasi masyarakat yang semakin cepat ke ekosistem digital telah memberikan peluang yang semakin besar kepada TBIG sebagai penyedia infrastruktur telekomunikasi.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper