Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Persaingan Makin Berat, MI Dinilai Perlu Konsolidasi

Sebagai gambaran, per akhir Februari 2021, dana kelolaan industri reksa dana tercatat sebesar Rp571,74 triliun. Dari jumlah tersebut, Rp356,23 triliun atau 62,30 persen dari total asset under management (AUM) industri dikelola oleh 10 manajer investasi terbesar.
Dewan Asosiasi Pelaku Reksa Dana dan Investasi Indonesia bersama dengan Asosiasi Bank Agen Penjual Efek Reksa Dana meluncurkan Program National Campaign Reksa Dana 2019 di Jakarta, Selasa (22/1/2019)./Bisnis/Muhammad Ridwan
Dewan Asosiasi Pelaku Reksa Dana dan Investasi Indonesia bersama dengan Asosiasi Bank Agen Penjual Efek Reksa Dana meluncurkan Program National Campaign Reksa Dana 2019 di Jakarta, Selasa (22/1/2019)./Bisnis/Muhammad Ridwan

Bisnis.com, JAKARTA — Persaingan di industri reksa dana yang dinilai semakin berat membuat konsolidasi antar manajer investasi dinilai perlu demi menciptakan persaingan yang lebih sehat.

Direktur Utama PT Trimegah Asset Management (Trimegah AM) Antony Dirga menilai saat ini industri reksa dana mulai kembali ke ritme pertumbuhan yang normal setelah sempat tertekan beberapa tahun belakangan.

“Setelah pertumbuhan industri kita cenderung stagnan di level 5-7 persen tahun 2019-2020. Kami melihat industri reksa dana kita akan lebih baik di tahun ini, mungkin bisa tumbuh sekitar 10 persen-15 persen,” katanya kepada Bisnis, Rabu (24/3/2021)

Di tengah pertumbuhan yang kembali menanjak, Antony menilai persaingan di industri reksa dana kian berat, terutama karena banyaknya pemain yang ada di industri investasi kolektif tersebut.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, di industri reksa dana saat ini terdapat 98 manajer investasi yang memiliki izin operasional resmi. Adapun, lebih dari separuh dana kelolaan industri dipegang oleh segelintir manajer investasi saja.

Sebagai gambaran, per akhir Februari 2021, dana kelolaan industri reksa dana tercatat sebesar Rp571,74 triliun. Dari jumlah tersebut, Rp356,23 triliun atau 62,30 persen dari total asset under management (AUM) industri dikelola oleh 10 manajer investasi terbesar.

Antony menuturkan agar persaingan lebih sehat dibutuhkan konsolidasi antar manajer investasi, seperti aksi merger atau akuisisi perusahaan MI yang lebih kecil, agar bisa saling bertahan di industri.

“Saya kira secara natural ini akan terjadi beberapa tahun ke depan,” katanya lagi.

Lebih lanjut dia mengatakan, dalam horizon yang lebih panjang, misalnya di atas 5 tahun lagi, industri reksa dana dalam negeri akan bertumbuh pesat. Ini tercermin dari pengalaman negara lain seperti Amerika Serikat, China, dan negara tetangga di regional.

Dia mengutip riset di Trimegah AM, yang mengatakan industri reksa dana akan bertumbuh pesat ketika GDP per kapita negara tumbuh di atas US$5000.

“Alasannya simpel saja, ketika pendapatan per kapita kita cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, dana darurat dan lainnya, akan ada dana tersisa untuk tabungan masa depan yang bisa diinvestasikan. Dan tentunya pertumbuhan industri reksadana pada saat itu akan sangat pesat,” ujar dia.

Sementara itu, untuk menghadapi kondisi persaingan saat ini, Trimegah AM berupaya memperluas edukasi untuk investor-investor ritel. Pasalnya, investor ritel dinilai menjadi masa depan di industri reksa dana.

Antony menyebut investor retail yang saat ini jumlahnya tumbuh pesat, akan semakin banyak lagi jumlahnya dalam beberapa tahun mendatang. Di saat yang sama, mereka akan bertambah mapan dan mempunyai dana investasi yang jauh lebih besar.

“Berikutnya kami akan terus mengeluarkan produk-produk yang bermanfaat bagi nasabah kami dan terakhir, tentu saja, terus membangun kepercayaan dari investor,” tambah Antony.

Dalam bisnis investasi intisari yang utama adalah kepercayaan nasabah, sehingga Trimegah AM selalu mengedepankan ketekunan, proses, loyalitas, partnership, dan kepercayaan nasabah.

Dia mencontohkan bagaimana sepanjang 2020 lalu Trimegah AM berusaha menjaga portofolio mereka untuk memenuhi kebutuhan likuiditas nasabah yang tinggi di kala pandemi karena banyak yang membutuhkan dana darurat.

“Kepercayaan nasabah adalah sesuatu yang sakral bagi kami. Contoh paling konkret adalah tahun 2020. Hasilnya, semua kebutuhan likuiditas itu dapat kami penuhi 100 persen. Semua usaha tersebut berbuah baik dan semakin meningkatkan kepercayaan nasabah kami,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper