Bisnis.com, JAKARTA – Kurs rupiah menyentuh posisi Rp14.459 per dolar AS berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) hari ini, Selasa (16/3/2021).
Data yang diterbitkan Bank Indonesia pagi ini menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp14.459 per dolar AS, melemah 35 poin atau 0,24 persen dari posisi Selasa (16/3/2021) Rp14.424 per dolar AS.
Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg, pukul 10.35 WIB, rupiah melemah 55 poin atau 0,38 persen menuju Rp14.465 per dolar AS.
Pelemahan rupiah menjadi yang terdalam dibandingkan mata uang Asia lainnya. Indeks dolar As naik 0,03 persen ke level 91,891.
Analis Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto menyampaikan tekanan terhadap rupiah disebabkan penguatan dolar AS seiring dengan naiknya imbal hasil obligasi AS. Di sisi lain, data ekonomi dari dalam negeri belum mampu menopang rupiah.
"Memang publikasi neraca dagang masih belum bisa meredam volatilitas pasar. Tekanan masih tinggi, terkait sangat erat dengan pergerakan yield US treasury 10 year," katanya, dikutip dari Antara.
Baca Juga
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) sebesar 2,01 miliar dolar AS pada Februari 2021. Nilai ekspor tumbuh 8,56 persen (yoy), sementara nilai impor tumbuh 11,86 persen (yoy) pada Februari 2021.
Imbal hasil (yield) obligasi AS tenor 10 tahun sendiri saat ini masih tercatat di level yang cukup tinggi di kisaran 1,6 persen.
Rully menuturkan pelaku pasar juga tengah menanti hasil rapat bank sentral AS, Federal Reserve (Fed), setelah Presiden AS Joe Biden mengesahkan paket stimulus senilai 1,9 triliun dolar AS.
"Pasar menunggu sinyal dari The Fed pada Rabu," ujar Rully Arya.
Dalam jangka menengah panjang Rully memperkirakan rupiah akan bisa kembali ke kisaran Rp14.200 per dolar AS hingga Rp14.300 per dolar AS karena likuiditas global masih cukup tinggi.