Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja indeks IDX BUMN20 yang masih di bawah indeks harga saham gabungan (IHSG) sebagai dampak menurunnya harga saham emiten-emiten big caps sementara saham dengan harga lebih murah menjadi penyelamat indeks komposit.
Berdasarkan data Bloomberg per 15 Maret 2021, indeks yang berisi 20 saham emiten pelat merah ini naik 0,82 persen menjadi 395,32 sejak awal tahun (year-to-date). Posisi itu berada di bawah atau underperform dari kinerja IHSG yang terapresiasi 5,77 persen ytd.
Indeks saham BUMN ini sempat menyentuh level tertingginya pada 20 Januari 2021 ke level 442,88 kala itu terdorong kenaikan harga saham emiten farmasi dan BUMN Karya. Namun, sejak itu pelemahan terus terjadi hingga sempat menyentuh titik terendah pada 29 Januari 2021 di level 370,27.
Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengungkapkan IDX BUMN20 banyak ditopang oleh saham-saham perbankan yang secara market cap menguasai pasar seperti BBRI, BBNI, BMRI ditambah BRIS yang baru masuk market cap terbesar.
Dengan demikian, ketika saham-saham perbankan ini turun, indeks BUMN ini pun turut menurun kinerjanya. Hal ini yang menyebabkan kinerjanya masih di bawah indeks komposit.
"Ya pastilah indeks IDX BUMN20 underperform IHSG, karena di saat yang big caps turun, IHSG masih diimbangi dengan saham-saham lainnya sehingga masih bisa bertahan," ujarnya kepada Bisnis, Senin (15/3/2021).
Baca Juga
Sementara itu, pada indeks IDX BUMN20, saham-saham BUMN dengan kapitalisasi pasar terpusat, sehingga ketika terjadi penurunan harga tidak ada penyelamat seperti IHSG.
"Kalau dihitung kapitalisasi pasar BBRI, TLKM, BMRI, BBNI, dan BRIS kalau dijumlah sudah lebih dari Rp1.300 triliun. Sementara, sisanya 16 saham BUMN lainnya tidak sampai Rp500 triliun," katanya.
Kendati masih outperform dari IHSG, emiten-emiten di dalam indeks BUMN ini masih menarik diperhatikan. Dia mencontohkan dari perbankan ada BBRI dan BRIS, sementara dari infrastruktur ada TLKM dan KRAS, serta dari sektor tambang yang sangat bergantung kondisinya ada PTBA dan ANTM.
Di sisi lain, Equity Analyst Phillip Sekuritas Anugerah Zamzami menuturkan IDX BUMN20 hingga pertengahan Januari sempat mencapai lebih dari 12 persen peningkatannya. Sementara saat ini secara ytd berkurang menjadi hanya naik 0,82 persen.
"Ini juga disebabkan, beberapa saham BUMN yang naik sangat tinggi pada Januari, sudah agak turun. Beberapa ada yang minus ytd, meski beberapa juga masih mencatatkan return positif ytd, seperti saham ANTM, TINS, WSKT, KAEF, TLKM," urainya kepada Bisnis.
Zamzami menilai prospek indeks ini masih sejalan dengan peningkatan IHSG, karena BUMN sama dengan emiten lainnya, kisahnya pada 2021 merupakan upaya pemulihan kinerja.
Menurutnya, kondisi ytd IDX BUMN20 yang masih kurang bertenaga merupakan posisi yang relatif karena secara tahun berjalan indeks ini kalah dari IHSG, tetapi secara setahun terakhir, kinerjanya melebihi IHSG.
Jika diurai alasannya, kondisi underperformance banyak disebabkan efek seleksi yaitu beberapa anggota IHSG yang naik kencang sepanjang tahun berjalan ini dan bukan merupakan anggota BUMN20.
Contohnya, dari sektor finansial ARTO, MEGA, MAYA dan bank-bank kecil banyak naik yang bukan merupakan konstituen IDX BUMN20. Dari sektor lain juga seperti industrial, utilities dan healthcare juga terjadi kenaikan.
"Diproyeksi kinerja emiten BUMN membaik tahun ini. Saham yang dapat dicermati yakni, BBRI, BMRI, BBTN, ANTM, SMGR, dan TLKM," katanya.