Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Obligasi Korporasi Jadi Alternatif Investasi di Tengah Tekanan US Treasury

Head of Research & Market Information Department PT Penilai Harga Efek Indonesia Roby Rushandie mengatakan kinerja obligasi korporasi yang positif tidak terlepas dari pengaruh yield obligasi korporasi yang lebih tinggi, sehingga tidak relatif terdampak dengan perubahan yield SBN.
Pengunjung mengamati papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (15/4/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung mengamati papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (15/4/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Obligasi korporasi diperkirakan masih potensial dan tidak terlalu terdampak tekanan yang terjadi pada surat utang berharga (SBN) akibat kenaikan US Treasury.

Pasar obligasi melemah seiring dengan kenaikan yield US treasury, akibat ekspektasi pertumbuhan ekonomi yang tinggi karena stimulus agresif Presiden AS Joe Biden. Kondisi tersebut menimbulkan ada kemungkinan kenaikan suku bunga the Federal Reserve atau The Fed.

Jika merujuk Indonesia Corporate Bond Return Index (Indobexc-Total Return), obligasi korporasi tercatat mengalami kenaikan 0,62 persen secara year to date (ytd).

Head of Research & Market Information Department PT Penilai Harga Efek Indonesia Roby Rushandie mengatakan kinerja obligasi korporasi yang positif tidak terlepas dari pengaruh yield obligasi korporasi yang lebih tinggi, sehingga tidak relatif terdampak dengan perubahan yield SBN.

Roby menjelaskan investor institusi lokasi masih menopang pasar SBN. Korporasi perbankan masih memiliki kontribusi yang paling tinggi, secara ytd Februari 2021 senilai Rp137,52 triliun.

"Investor institusi ada pengalihan dari tenor pendek ke panjang, hal ini menjadi indikasi tren yield yang menurun, obligasi korporasi juga dipandang sebagi alternatif investasi, tapi tergantung profil risikonya," jelas Roby pada edukasi wartawan pasar modal secara virtual Rabu (10/3/2021).

Dia mengatakan masih ada peluang obligasi korporasi tahun ini akan lebih tinggi dibandingkan dengan 2020. Apalagi jika ditambah dengan ekspektasi pemulihan ekonomi sehingga diharapak dapat meningkatkan ekspansi perusahaan.

"Ada peluang untuk lebih tinggi sedikit dibandingkan dengan 2020. Hal ini ditopang oleh emiten-emiten infrastruktur dan perbankan," katanya.

Meski begitu, lanjutnya, penerbitan obligasi dari korporasi perbankan tidak akan meningkat signifikan pada tahun ini, mengingat penyaluran kredit perbankan belum begitu pulih.

Apalagi tahun lalu, penerbitan bond dari perbankan hanya tercatat sebesar Rp6 triliun sebagai imbas dari kelebihan likuiditas. Tentunya, hal tersebut dapat menjadi gambaran untuk kinerja di tahun ini.

"Sektor infrastuktur dan bank menjadi lokomotif obligasi. Meski pada februari bank belum menerbitkan bond karena belum berekspansi. Bank masih hati-hati dalam menyalurkan kredit," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper