Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

10 Saham Top Losers Sepekan, PLAN Anjlok 28,41 Persen

Harga saham emiten di bidang perhotelan ini anjlok dari harga Rp88 ke Rp63 per saham saham sepekan.
Pekerja melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (1/2/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pekerja melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (1/2/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Saham PT Planet Properindo Jaya Tbk (PLAN) menjadi saham dengan koreksi terdalam atau top losers pada daftar perdagangan satu pekan, 1 Maret – 5 Maret 2021.

Berdasarkan data dari laman Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Sabtu (6/3/2021), harga saham emiten di bidang perhotelan ini anjlok 28,41 persen, dari harga Rp88 ke Rp63 per saham.

Menyusul di belakang adalah PT Lancartama Sejati Tbk. (TAMA) yang anjlok 26,97 persen. Harga saham emiten kontraktor di bidang properti tersebut ditutup pada level Rp65 per lembar saham setelah mengawali pekan perdagangan di posisi Rp89.

Selanjutnya adalah saham PT Guna Timur Raya Tbk. (TRUK) yang terkoreksi 26,47 persen, diikuti PT Diagnos Laboratorium Utama Tbk. (DGNS) dengan pelemahan 22,73 persen, dan saham PT Satria Antaran Prima Tbk. (SAPX) yang turun 22,36 persen dalam 5 hari perdagangan melengkapi 5 besar saham boncos pekan ini.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks harga saham gabungan (IHSG) melemah ke level level 6.258,75 atau 0,51 persen pada perdagangan Jumat (5/3/2021) kemarin. Sepanjang perdagangan IHSG bergerak di kisaran 6.245,308 hingga 6.307,683.

Nilai transaksi mencapai Rp16,35 triliun dengan aksi jual asing jumbo sebesar Rp998,17 miliar jelang penutupan. Sasaran aksi jual tertuju pada INCO mencapai RP69,5 miliar, ICBP hingga Rp66,9 miliar, dan UNTR hingga Rp60 miliar.

Dari keseluruhan konstituen, sebanyak 187 saham berhasil menguat, 306 saham terkoreksi, sedangkan 224 saham lainnya terpantau stagnan.

Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan bahwa tren kenaikan imbal hasil obligasi AS kembali membayangi pergerakan indeks komposit.

Hal itu pun mendorong penguatan indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama naik 0,13 persen ke pisisi 91,748.

“Selain itu, menanti penetapan Senat AS dalam mengesahkan program stimulus dari Presiden AS Joe Biden dengan nilai mencapai US$1,9 triliun untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam itu,” ujar Nafan saat dihubungi Bisnis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper