Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kembali ditutup melemah pada Senin (22/2/2021) seiring dengan semakin terhambatnya prospek pemulihan ekonomi Indonesia karena banjir yang terjadi pekan lalu.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah ditutup melemah 52 poin atau 0,37 persen menjadi Rp14.117 per dolar AS. Di sisi lain, indeks dolar AS naik 0,14 persen menuju 90,487.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam laporannya menyebutkan, pergerakan nilai rupiah salah satunya dipengaruhi oleh terhambatnya pemulihan ekonomi di Indonesia akibat banjir yang terjadi pada kawasan Jabodetabek pekan lalu.
Selain kerugian ekonomi dan terhambatnya aktivitas masyarakat, banjir juga berpotensi menimbulkan penyakit lain serta peningkatan risiko penularan virus corona di berbagai tenda pengungsian.
Sementara itu, jumlah kasus Covid-19 dalam waktu dua pekan turun lebih dari 30 persen. Namun hal ini lebih diakibatkan oleh penurunan jumlah tes yang dilakukan. Tingkat kasus positif Covid-19 di dalam negeri juga masih berada di atas 25 persen, jauh dari ambang batas aman versi WHO yang dipatok di 5 persen.
Selain itu, kelanjutan vaksinasi juga berjalan dengan lambat. Setelah satu bulan berlangsung, jumlah dosis vaksin yang telah disuntikkan ke masyarakat baru 1 juta. Padahal angka tersebut adalah target harian pemerintah jika ingin mencapai herd immunity dalam kurun waktu satu tahun.
Baca Juga
Sementara itu, dari luar negeri, nilai dolar juga terus menguat seiring dengan naiknya imbal hasil (yield) US Treasury atau obligasi AS karena rilis data penjualan ritel yang kuat.
Sementara itu, paket stimulus Covid-19 senilai US$1,9 triliun yang diusulkan oleh Presiden AS Joe Biden juga terus meningkat, setelah Dewan Perwakilan Rakyat pada hari Jumat merilis undang-undang yang ditargetkan oleh anggota parlemen untuk disahkan dalam seminggu.
Di sisi bank sentral, Gubernur Federal Reserve Jerome Powell akan menyampaikan laporan kebijakan moneter tengah tahunan Fed kepada Komite Perbankan Senat pada hari Selasa. Investor akan mengamati tanda-tanda kekhawatiran atas biaya pinjaman jangka panjang yang lebih tinggi di pihak Powell.
The Fed memperingatkan pada hari Jumat bahwa risiko kegagalan bisnis yang sedang berlangsung di AS tetap tinggi, bahkan ketika ekonomi telah pulih dari pandemi virus corona.
“Dengan kondisi data eksternal dan internal yang kurang mendukung, mengakibatkan arus modal asing kembali keluar dari pasar finansial dalam negeri, sehingga wajar kalau nilai rupiah kembali melemah,” jelasnya.
Untuk perdagangan besok, Ibrahim memprediksi rupiah akan dibuka berfluktuasi dan ditutup kembali melemah di rentang Rp14.110 hingga Rp14.160.