Bisnis.com, JAKARTA — Kurs rupiah menyentuh posisi Rp14.098 per dolar AS berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) hari ini, Senin (22/2/2021)
Data yang diterbitkan Bank Indonesia pagi ini menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp14.098 per dolar AS, melemah 13 poin atau 0,09 persen dari posisi kemarin, Jumat (19/2/2021) Rp14.085 per dolar AS.
Sementara itu, milai tukar rupiah dibuka melemah 9 poin atau 0,06 persen menjadi Rp14.074 per dolar AS. Indeks dolar AS terkoreksi 0,09 persen menuju level 90,28.
Sebelumnya, nilai tukar rupiah diprediksi masih akan kembali melemah terbatas pada sesi perdagangan hari ini.
"Rupiah diperkirakan akan kembali ditutup di zona merah pada rentang Rp14.050— Rp14.080 per dolar AS," papar Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam laporannya.
Akhir pekan lalu, pergerakan rupiah dipengaruhi oleh rilis data dari Bank Indonesia (BI) yang melaporkan neraca pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal IV/2020 mengalami defisit sebesar US$0,2 miliar dollar AS.
Baca Juga
Sementara itu, surplus NPI tahun 2020 sebesar US$2,6 miliar, melanjutkan capaian surplus pada tahun sebelumnya sebesar US$4,7 miliar. Perkembangan tersebut didorong oleh penurunan defisit transaksi berjalan serta surplus transaksi modal dan finansial.
Defisit transaksi berjalan pada 2020 sebesar US$4,7 miliar atau 0,4 persen dari produk domestik bruto (PDB) jauh menurun dari defisit pada 2019 sebesar US$30,3 miliar dolar AS atau 2,7 persen dari PDB.
Surplus transaksi berjalan pun berlanjut pada kuartal IV/2020, ditopang oleh surplus neraca barang yang meningkat. Pada kuartal IV/2020, transaksi berjalan kembali surplus sebesar US$0,8 miliar atau 0,3 persen dari PDB, melanjutkan capaian surplus pada kuartal sebelumnya sebesar US$1 miliar, 0,4 persen dari PDB.
Sementara itu, dari luar negeri, investor terus mencerna kenaikan tak terduga dalam jumlah klaim pengangguran AS. Sebanyak 861.000 klaim telah diajukan selama minggu sebelumnya, dibandingkan dengan 765.000 klaim dalam perkiraan yang diperkirakan sebelumnya dan 848.000 klaim yang diajukan selama minggu sebelumnya.
“Hal ini menandakan penurunan pertumbuhan pekerjaan selama dua bulan beruntun ditengah melambatnya penyebaran virus corona baru-baru ini,” jelas Ibrahim, seperti dikutip pada Minggu (21/2/2021).
Di sisi lain, jumlah kasus virus corona global melampaui angka 110 juta pada 19 Februari, menurut data dari Universitas Johns Hopkins. Data yang mengecewakan tersebut berdampak pada dolar AS, meskipun kemajuan dibuat pada paket stimulus US$ 1,9 triliun yang diusulkan oleh Presiden Joe Biden dan indikator ekonomi lainnya lebih positif.