Bisnis.com, JAKARTA - Pemulihan harga emas di pasar spot maupun berjangka setelah pengumuman data pekerja AS pada Jumat (5/2/2021) diperkirakan hanya sementara. Dalam jangka pendek harga emas diprediksi akan kembali turun. Penyebabnya investor percaya diri masuk berinvestasi dalam portofolio dengan risiko sedikit lebih tinggi.
Berdasarkan data Bloomberg, Jumat (5/2/2021), harga emas di pasar spot naik 1,12 persen atau 20,08 poin menjadi US$1.814,11 per ounce, sementara untuk emas Comex kontrak April 2021 naik 1,22 persen atau 21,8 poin ke US$1.813 per ounce.
Kenaikan harga emas tersebut memangkas kerugian mingguan yang terjadi akibat terus turunnya harga emas dalam sepekan kemarin. Pelemahan dolar AS terdorong data tenaga kerja yang menunjukkan ekonomi terbesar di dunia itu butuh lebih banyak stimulus ekonomi yang akhirnya mendorong harga emas sebagai lindung nilai.
Kepala Analis Pasar Ava Trade Naeem Aslam menuturkan harga emas telah merosot sepanjang 2021 ini. Terutama akibat kemajuan vaksinasi Covid-19 yang membuat prospek pemulihan dari pandemi Covid-19 lebih besar.
"Data hari ini telah menegaskan kembali perlunya putaran stimulus lain, yang membantu harga emas. Selain itu, harga emas oversold, dan ini telah memberikan katalis yang sempurna untuk retracement," katanya seperti dikutip dari Bloomberg, Minggu (7/2/2021).
Keuntungan sebelumnya dalam imbal hasil Treasury pun memudar, dan memberikan dorongan tambahan untuk logam mulia yang tidak menawarkan bunga. Sementara itu, pejabat Federal Reserve (The Fed) telah mengecilkan dampak ekonomi dari volatilitas pasar saham baru-baru ini, sebagai tanda terbaru bahwa bank sentral AS belum menutup peluang untuk mengurangi pembelian obligasi bulanan besar-besaran.
Baca Juga
Ahli Strategi Mitsubishi Corp UK Plc Jonathan Butler mengatakan 2021 akan menjadi tahun dengan dua bagian yakni kondisi virus corona yang memburuk dan dampak negatif terhadap perekonomian secara global.
"Beberapa bulan ke depan akan ditandai oleh situasi virus corona yang memburuk dan dampak ekonomi negatif terkait secara global, diimbangi hanya oleh stimulus fiskal dan moneter besar-besaran lebih lanjut,” tuturnya.
Dengan demikian, hal ini akan membuat lingkungan makro yang mendukung kenaikan harga emas dengan imbal hasil rendah, dolar yang lemah dan kembalinya investor ke investasi safe haven seperti emas.
Namun, emas sedang menuju penurunan mingguan kedua berturut-turut dan rata-rata pergerakan 50 hari (MA50) berada di titik puncak penurunan di bawah pasangan 200-hari, mendekati apa yang disebut pola dead cross yang dapat menandakan koreksi lebih lanjut.