Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Vale Meleset, Harga Bijih Besi Rebound

Harga bijih besi berjangka di Singapura sempat naik sebanyak 0,7 persen ke level US$147,90 per ton hingga pukul 11.14 waktu setempat.
Aktivitas operasional PT Cakra Mineral Tbk. Perusahaan ini merupakan produsen dan eksportir logam bijih besi dan pasir zircon. Mulai 28 Agustus 2020, Bursa Efek Indonesia akan menghapus saham berkode CKRA dari papan pengembangan./ckra.co.id
Aktivitas operasional PT Cakra Mineral Tbk. Perusahaan ini merupakan produsen dan eksportir logam bijih besi dan pasir zircon. Mulai 28 Agustus 2020, Bursa Efek Indonesia akan menghapus saham berkode CKRA dari papan pengembangan./ckra.co.id

Bisnis.com, JAKARTA – Harga bijih besi mengalami rebound seiring dengan sikap investor yang memperhitungkan keseimbangan pasar dan outlook pasokan setelah produksi kuartalan Vale SA meleset dari perkiraan.

Dilansir dari Bloomberg pada Kamis (4/2/2020), harga bijih besi berjangka di Singapura sempat naik sebanyak 0,7 persen ke level US$147,90 per ton hingga pukul 11.14 waktu setempat.

Sementara itu, harga bijih besi juga sempat naik hingga 2,34 persen ke US$963,50 per ton di Dalian Commodity Exchange (DCE).

Berdasarkan data perusahaan, Vale memproduksi sebesar 84,5 juta ton bijih besi di kuartal IV/2020. Angak tersebut meleset dari perkiraan sejumlah analis dan turun dibandingkan kuartal sebelumnya seiring dengan curah hujan yang tinggi mengganggu kegiatan produksi.

Perusahaan asal Brasil tersebut sejauh ini belum mengubah proyeksi total output bijih besi untuk 2021. Manajemen Vale menetapkan total produksi tahun 2021 berada di kisaran 315 juta ton hingga 335 juta ton.

Gangguan terkait pandemi virus corona menghambat laju pemulihan Vale yang tersandung kasus jebolnya bendungan pada salah satu tambangnya 2019 lalu. Meski demikian, manajemen perusahaan yang berpusat di Rio de Janeiro itu tetap optimistis kapasitas produksi bijih besinya naik menjadi 350 juta ton di 2021 berbanding 322 juta ton pada tahun lalu.

Adapun, harga bijih besi menunjukkan tren fluktuatif sejak awal tahun 2021. Fluktuasi tersebut terjadi seiring dengan rencana sejumlah perusahaan penghasil bijih besi seperti Rio Tinto Group dan BHP Group yang akan meningkatkan kargo.

Di sisi lain, China yang merupakan importir bijih besi nomor satu dunia berencana untuk mengurangi produksi baja tahan karat (stainless steel). Kebijakan ini direncanakan ditengah margin keuntungan pabrik baja yang anjlok dan menumpuknya persediaan komoditas ini di pelabuhan-pelabuhan.

Sebagai informasi, bijih besi merupakan komoditas yang menjadi bahan baku utama pembuatan baja.

Sementara itu, pelaku pasar juga terus memantau tanda-tanda kenaikan jumlah ekspor. Data dari Global Ports menyebutkan, rerata ekspor bijih besi dalam 20 hari kerja pada Januari 2021 di Brazil mencapai 1,45 juta ton. Angka tersebut naik dibandingkan rerata ekspor tahun sebelumnya di kisaran 1,21 juta ton.

Data dari Global Ports juga mencatat, jumlah pengiriman bijih besi dari Australia pada 29 Januari adalah sebesar 16,5 juta ton. Catatan tersebut mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan nagka pengiriman pada pekan sebelumnya senilai 13,1 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Sumber : Bloomberg.com
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper