Bisnis.com, JAKARTA – Harga bijih besi mencetak kenaikan tertinggi sejak Januari 2025 seiring dengan pelaku pasar menanti rilis data dari China. Ekspektasinya, pertumbuhan ekonomi di Negeri Panda melampaui target pemerintah pada kuartal II/2025.
Berdasarkan data Bloomberg, harga bijih besi naik 0,3% menjadi U$99,60 per ton di Singapura pada pukul 12:26 waktu setempat. Kontrak berjangka berdenominasi yuan China di bursa Dalian juga terpantau menguat, sementara kontrak baja di Shanghai menurun.
Kontrak berjangka komoditas utama untuk pembuatan baja ini sempat naik hingga U$99,90 per ton pada Senin (14/7/2025) pagi, setelah naik 3,6% pekan lalu.
Data pemerintah China menunjukkan ekonomi di sana diperkirakan tumbuh sedikit di atas target tahunan sebesar 5%. Adapun, data pertumbuhan ekonomi China akan dirilis besok, Selasa (15/7/2025).
China sudah mengekspor baja dalam jumlah tertinggi sepanjang sejarah pada kuartal II/2025 walaupun menghadapi hambatan perdagangan.
Pengiriman baja jadi yang digunakan dalam konstruksi, serta untuk produk seperti mobil dan peralatan rumah tangga, mencapai 30,7 juta ton dalam tiga bulan hingga Juni. Realisasi itu naik 11% dibandingkan tahun sebelumnya.
Sementara, impor bijih besi China ikut melonjak hampir 22% pada Juni, dibandingkan Mei.
Meskipun sudah ada sinyal positif bagi sisi permintaan, hal ini juga berarti bahwa para pembuat kebijakan akan cenderung enggan memberikan stimulus tambahan dalam pertemuan tingkat tinggi mendatang.
Adapun, kontrak berjangka bijih besi menguat pekan lalu karena spekulasi Beijing mungkin akan menambah dukungan lebih lanjut terhadap sektor properti yang sedang kesulitan, sekaligus menangani kelebihan kapasitas industri.
Logam ini masih diperdagangkan sedikit lebih rendah sepanjang tahun ini setelah mencatat penurunan selama lima bulan berturut-turut.