Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pelaku Pasar Nanti Data PDB China, Harga Bijih Besi Memanas

Harga bijih besi mencetak kenaikan tertinggi sejak Januari 2025 seiring dengan pelaku pasar menanti rilis data ekonomi dari China.
Gulungan baja slit coil di pabrik baja BlueScope Steel Ltd. di Port Kembla, Australia, Jumat (9/2/2024). Bloomberg/Brent Lewin
Gulungan baja slit coil di pabrik baja BlueScope Steel Ltd. di Port Kembla, Australia, Jumat (9/2/2024). Bloomberg/Brent Lewin

Bisnis.com, JAKARTA – Harga bijih besi mencetak kenaikan tertinggi sejak Januari 2025 seiring dengan pelaku pasar menanti rilis data dari China. Ekspektasinya, pertumbuhan ekonomi di Negeri Panda melampaui target pemerintah pada kuartal II/2025.

Berdasarkan data Bloomberg, harga bijih besi naik 0,3% menjadi U$99,60 per ton di Singapura pada pukul 12:26 waktu setempat. Kontrak berjangka berdenominasi yuan China di bursa Dalian juga terpantau menguat, sementara kontrak baja di Shanghai menurun.

Kontrak berjangka komoditas utama untuk pembuatan baja ini sempat naik hingga U$99,90 per ton pada Senin (14/7/2025) pagi, setelah naik 3,6% pekan lalu.

Data pemerintah China menunjukkan ekonomi di sana diperkirakan tumbuh sedikit di atas target tahunan sebesar 5%. Adapun, data pertumbuhan ekonomi China akan dirilis besok, Selasa (15/7/2025).

China sudah mengekspor baja dalam jumlah tertinggi sepanjang sejarah pada kuartal II/2025 walaupun menghadapi hambatan perdagangan.

Pengiriman baja jadi yang digunakan dalam konstruksi, serta untuk produk seperti mobil dan peralatan rumah tangga, mencapai 30,7 juta ton dalam tiga bulan hingga Juni. Realisasi itu naik 11% dibandingkan tahun sebelumnya.

Sementara, impor bijih besi China ikut melonjak hampir 22% pada Juni, dibandingkan Mei.

Meskipun sudah ada sinyal positif bagi sisi permintaan, hal ini juga berarti bahwa para pembuat kebijakan akan cenderung enggan memberikan stimulus tambahan dalam pertemuan tingkat tinggi mendatang.

Adapun, kontrak berjangka bijih besi menguat pekan lalu karena spekulasi Beijing mungkin akan menambah dukungan lebih lanjut terhadap sektor properti yang sedang kesulitan, sekaligus menangani kelebihan kapasitas industri.

Logam ini masih diperdagangkan sedikit lebih rendah sepanjang tahun ini setelah mencatat penurunan selama lima bulan berturut-turut.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Dwi Nicken Tari
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper