Bisnis.com, JAKARTA— Selain batu bara, Pemerintah Indonesia sedang mengkaji pengaturan kenaikan tarif royalti untuk harga emas di atas US$1.700 per ounces.
Dengan kenaikan harga emas yang terjadi selama ini, diharapkan penerimaan negara dari logam mulia bakal terdongkrak.
Sementara itu, Kinerja reksa dana saham diperkirakan fluktuatif sepanjang tahun ini seiring dengan kenaikan kasus positif virus corona dan kelanjutan pembatasan pergerakan di Indonesia.
Meski demikian, reksa dana saham masih layak dijadikan instrumen pilihan untuk jangka panjang. Seperti apa?
1. Batu Bara dan Emas Digoyang Kebijakan Royalti, Bagaimana Dampaknya ke Emiten?
Dalam rangka optimalisasi penerimaan negara, pemerintah tengah memproses penyesuaian tarif royalti untuk komoditas batu bara dan emas. Bagaimana dampaknya ke emiten terkait?
Baca berita selengkapnya di sini.
2. Susul Tesla dan BASF, Tiga Raksasa Dunia Merapat Ke Indonesia
Selain Tesla Inc. dan BASF, Indonesia juga kedatangan investasi dari tiga raksasa dunia, di mana salah satunya merupakan produsen kaca untuk industri otomotif dari Korea Selatan (Korsel).
Baca berita selengkapnya di sini.
3. KKGI, INTA, & HRUM Ikut Mengalap Kilau Nikel
PT Resources Alam Indonesia Tbk. (KKGI), PT Intraco Penta Tbk. (INTA), PT Harum Energy Tbk. (HRUM) merapatkan barisan ke bisnis terkait komoditas nikel.
Nikel menjadi pusat perhatian investor dalam beberapa bulan terakhir. Harga yang tinggi serta upaya pemerintah dalam penghiliran mineral khususnya untuk pengembangan mobil listrik menjadi faktor utama prospek komoditas itu semakin menjanjikan.
Baca berita selengkapnya di sini.
4. IHSG Tergelincir, Hati-Hati Fluktuasi Reksa Dana Saham
Berdasarkan data Infovesta Utama, reksa dana saham mencatat kinerja paling buruk sepanjang pekan lalu dengan koreksi 1,71 persen pada indeks konvensional. Pencapaian tersebut sejalan dengan kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) yang turun 1,04 persen dalam periode yang sama.
Baca berita selengkapnya di sini.
5. Historia Bisnis : Flu Burung Bikin Garuda Indonesia (GIAA) Cemas
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) harap-harap cemas di tengah penyebaran wabah flu burung yang telah menewaskan jutaan unggas dan mengancam manusia pada medio 2003 hingga awal 2004.
Baca berita selengkapnya di sini.