Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja reksa dana saham diperkirakan fluktuatif sepanjang tahun ini seiring dengan kenaikan kasus positif virus corona dan kelanjutan pembatasan pergerakan di Indonesia. Meski demikian, reksa dana saham masih layak dijadikan instrumen pilihan untuk jangka panjang.
Berdasarkan data Infovesta Utama, reksa dana saham mencatat kinerja paling buruk sepanjang pekan lalu dengan koreksi 1,71 persen pada indeks konvensional. Pencapaian tersebut sejalan dengan kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) yang turun 1,04 persen dalam periode yang sama.
Kinerja indeks reksa dana saham syariah juga terkoreksi sebesar 2,43 persen. Koreksi tersebut juga merupakan penurunan terbesar pada jenis reksa dana syariah.
Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, koreksi pada reksa dana saham salah satunya disebabkan oleh lonjakan kasus positif virus corona yang terjadi di Indonesia. Laju kenaikan kasus positif yang hingga kini belum terlihat melandai pun masih akan berdampak pada performa reksa dana saham selama beberapa waktu.
“Setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 7 persen di awal tahun, investor cenderung melakukan profit taking,” katanya saat dihubungi pada Selasa (26/1/2021).
Selain itu, perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM juga turut menjadi sentimen negatif untuk Indeks Harga Saham Gabungan dan juga reksa dana saham. Kebijakan tersebut semakin membatasi pergerakan masyarakat dan jam bisnis perusahaan-perusahaan.