Bisnis.com, JAKARTA - Reksa dana saham global syariah diprediksi tetap tumbuh sepanjang 2021. Meski demikian, pertumbuhan ekonomi yang belum pasti dan masalah aksesibilitas menjadi sejumlah faktor penghambat kinerja instrumen ini.
Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, pertumbuhan reksa dana saham global syariah sepanjang tahun 2020 lalu terbilang cukup pesat. Hal tersebut salah satunya didorong oleh melonjaknya kinerja pasar saham global.
“Valuasi saham sektor teknologi yang umumnya menjadi salah satu portofolio dalam instrumen ini mendorong kenaikan kinerja reksa dana saham global syariah,” katanya saat dihubungi pada Kamis (14/1/2021).
Di sisi lain, minat investor terhadap jenis reksa dana ini terbilang cukup tinggi. Hal tersebut terlihat dari kenaikan net subscription pada reksa dana saham global syariah.
Berdasarkan data Infovesta Utama, Hingga akhir Desember 2020 lalu, total dana kelolaan dari reksa dana saham global syariah tercatat sebesar US$896,85 juta. Angka tersebut naik 74,38 persen dibandingkan posisi awal tahun 2020 sebanyak US$514,29 juta dolar.
Baca Juga
Sementara itu, total unit penyertaan reksa dana saham global syariah pada akhir 2020 tercatat sebesar 643,77 juta unit, atau naik 50,79 persen dibandingkan jumlah unit penyertaan Januari 2020 sebesar 426,93 juta.
“Pertumbuhan reksa dana saham global syariah lebih cepat dibandingkan reksa dana saham syariah rupiah karena pemulihan ekonomi Indonesia baru mulai terlihat pada akhir tahun lalu,” katanya.
Untuk tahun 2021, Wawan memperkirakan reksa dana saham global syariah masih akan mencatatkan pertumbuhan. Hal ini ditopang oleh minat dan kebutuhan investor yang melakukan diversifikasi portofolio investasinya.
“Reksa dana saham ini menarik karena investor bisa masuk ke perusahaan yang tidak ada di Indonesia, terutama di sektor teknologi, seperti Apple, Samsung, Microsoft, dan lainnya,” jelasnya.
Selain itu, ia juga mengatakan pertumbuhan reksa dana ini juga akan didukung oleh sektor Asuransi. Wawan mengatakan, lembaga asuransi yang memiliki produk berdenominasi dolar AS umumnya akan memasukkan dananya ke reksa dana jenis ini.
Ia mengatakan, saham sektor teknologi pada tahun ini juga akan tetap mengalami pertumbuhan walaupun tidak sebesar catatan pada 2020. Hal tersebut akan berimbas pada kenaikan return.
Meski demikian, masih ada sejumlah faktor yang akan menghambat pertumbuhan jenis reksa dana ini, salah satunya adalah aksesibilitas. Wawan menjelaskan, umumnya reksa dana saham global syariah memiliki nilai minimum pembelian sebesar US$10.000 dolar atau sekitar Rp140 juta.
“Reksa dana jenis ini biasanya ditawarkan lewat layanan wealth management di bank,” tambahnya.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang belum dapat dipastikan pada 2021 juga dapat menghambat kinerja reksa dana saham global syariah. Hal tersebut juga terkait rencana vaksinasi virus corona di Indonesia yang kemungkinan baru akan rampung pada tahun depan.
Wawan memperkirakan, jumlah dana kelolaan reksa dana saham global syariah dapat tumbuh sekitar 10 persen hingga 15 persen pada tahun ini. Proyeksi jumlah dana pada instrumen ini adalah sebanyak US$1 miliar hingga US$1,15 miliar.