Bisnis.com, JAKARTA – Aliran modal asing diperkirakan bakal semakin deras memasuki pasar saham Indonesia seiring dengan perbaikan regulasi investasi dan potensi pertumbuhan pasar yang tinggi. Peluang pasar modal domestik mencatatkan net buy di akhir tahun pun kian terbuka.
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan pasar mengapresiasi keputusan pemerintah yang membuat Undang-Undang Cipta Kerja yang melonggarkan persyaratan investasi di Indonesia. Debirokratisasi yang terwujud dari pengesahan regulasi tersebut diharapkan dapat menjadi pintu gerbang masuknya modal asing secara berkelanjutan ke Indonesia, terutama ke pasar saham.
Di sisi lain, masuknya investor asing juga didukung oleh prospek pemulihan ekonomi Indonesia seiring dengan proses vaksinasi yang mulai dilakukan pada 13 Januari 2021. Hal tersebut akan memicu kegiatan ekonomi kembali berjalan normal.
“Kegiatan ekonomi yang berjalan normal akan berimbas pada perbaikan kinerja emiten, sehingga juga akan meningkatkan daya tarik pasar saham Indonesia dan capital inflow yang masuk,” jelasnya saat dihubungi Bisnis, Rabu (13/1/2021).
Untuk diketahui, investor asing mencatat net buy pada perdagangan hari ini sebesar Rp1,05 triliun di seluruh pasar. Sejak awal tahun, net buy asing tercatat Rp7,45 triliun. Kinerja tersebut berbanding terbalik dengan torehan sepanjang tahun lalu yang mana investor asing mencetak net sell Rp47 triliun.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 39 poin atau 0,62 persen ke level 6.435,20. Sejak awal tahun, indeks sudah bergerak naik secara kumulatif sebesar 4,82 persen.
Baca Juga
Nafan mengatakan pasar saham Indonesia terbilang lebih menarik dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Ia menuturkan, dari sisi return on equity (RoE) dan price to earning (P/E) ratio, saham di Indonesia masih sangat bagus.
“Pergerakan harga saham di Indonesia masih undervalue, sehingga potensi lonjakannya cukup besar,” tambahnya.
Adapun Nafan merekomendasikan saham-saham big caps pada sejumlah sektor. Pada sektor infrastruktur, ia memilih PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) karena kondisi fundamental perusahaan yang cukup baik.
Sementara itu, dari sektor pertambangan, ia merekomendasikan saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT United Tractors Tbk (UNTR) seiring dengan prospek pemulihan perekonomian Indonesia.
Pada sektor perbankan, Nafan juga merekomendasikan sejumlah emiten seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI).
Lebih lanjut, ia juga merekomendasikan emiten farmasi PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), emiten unggas PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), dan PT Astra International Tbk (ASII).
Adapun pada saham pertambangan, Binaartha Sekuritas menyukai saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO). ANTM dan INCO dipilih karena penerima manfaat dari kenaikan harga nikel seiring dengan naiknya permintaan dari produksi baja dan baterai untuk kendaraan listrik.