Bisnis.com, Jakarta — Nilai tukar rupiah mengakhiri pekan ini dengan apresiasi tipis di akhir perdagangan, Jumat (27/11/2020).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah menguat 10 poin atau 0,07 persen ke level Rp14.090 per dolar Amerika Serikat. Mata uang Garuda mampu membalikkan keadaan setelah di awal perdagangan sempat terdepresiasi tipis 0,04 persen.
Adapun, pada perdagangan kemarin, rupiah berhasil menguat 44 poin atau 0,31 persen ke level Rp14.100 per dolar AS.
Hari ini, rupiah menguat bersama beberapa mata uang Asia lainnya seperti rupee India yang terapresiasi 0,06 persen, won Korea Selatan 0,07 persen, serta peso Filipina 0,04 persen. Di sisi lain, indeks dolar AS di pasar spot terpantau melemah 0,09 persen ke level 91,91.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan ada sejumlah sentimen yang memengaruhi pergerakan nilai tukar hari ini, antara lain kemajuan pembicaraan Brexit antara Inggris dan Uni Eropa (UE) dan optimisme atas beberapa pengembang vaksin Covid-19, termasuk Pfizer Inc dan Moderna Inc, yang mengumumkan hasil positif selama dua minggu terakhir.
“Ini menempatkan dolar di bawah tekanan karena investor mencari aset yang berisiko. Yang juga mendorong tren ini adalah dimulainya transisi dari pemerintahan Presiden Donald Trump ke pemerintahan Presiden terpilih Joe Biden,” katanya dalam riset harian yang dikutip Bisnis, Jumat (27/11/2020)
Baca Juga
Sementara itu, dari sisi internal, Ibrahim menilai pasar tengah optimistis dengan upaya pemerintah dalam mendapatkan vaksin anti-virus corona. Sebagai informasi saja Indonesia, Brasil, Meksiko, India, dan Rusia adalah negara-negara berkembang yang sepertinya akan menerima vaksin paling awal. Izin penggunaan vaksin kemungkinan bisa diberikan dalam hitungan bulan.
“Kalau memang benar Indonesia akan mendapatkan vaksin lebih awal maka ada harapan besar ekonomi bisa pulih lebih cepat ketimbang negara-negara lain. Mengutip riset Goldman Sachs Global Investment Research, vaksinasi yang lebih cepat bisa membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai lebih dari 6 persen tahun depan,” kata Ibrahim.
Selain itu, Bank Indonesia terus melakukan kebijakan strategi bauran ekonomi yang bertujuan untuk menstabilkan mata uang garuda dengan cara menurunkan suku bunga dan melakukan intervensi dipasar Valas, Obligasi dan SUN diperdagangan DNDF.
Dia menilai tujuan intervensi tersebut menahan keluarnya arus modal asing yang cukup besar dari pasar keuangan dalam negeri dan sudah tentu pelemahan mata uang rupiah tertahan, walaupun masih memasuki zona merah, namun apa yang dilakukan oleh Bank Indonesia perlu mendapatkan apresiasi dari pasar.