Bisnis.com, JAKARTA — Total pemesanan surat berharga negara (SBN) ritel sepanjang tahun ini telah jauh melampaui realisasi tahun lalu.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, hingga akhir Oktober ini pemerintah telah menerbitkan lima SBN ritel terdiri atas satu savings bonds ritel (seri SBR009), dua sukuk ritel (seri ST012 dan ST013), dan dua obligasi negara ritel (seri ORI017 dan ORI018).
Adapun, akumulasi nilai pemesanan kelima SBN ritel tersebut mencapai Rp71,36 triliun. Seri SR013 menjadi yang paling banyak dipesan dengan jumlah pemesanan yang ditetapkan Rp25,67 triliun.
Realisasi tersebut jauh melampaui total pemesanan SBN ritel pada 2019 yang sebesar Rp49,70 triliun. Padahal tahun lalu pemerintah lebih getol menerbitkan instrumen ritel yakni hingga 10 seri.
Direktur Surat Utang Negara DJPPR Deni Ridwan mengatakan jumlah penebitan SBN ritel tahun ini yang mencapai lebih dari Rp70 triliun jauh di atas target yang ditetapkan pemerintah di awal tahun untuk nominal penerbitan SBN ritel.
Dia menilai tingginya animo masyarakat terhadap instrumen SBN ritel tak lepas dari kondisi pandemi saat ini yang membatasi masyarakat untuk melakukan kegiatan yang biasa dilakukan sebelum pandemi seperti melakukan perjalanan (traveling), rekreasi, maupun membelanjakan dananya untuk hal konsumtif lain.
Baca Juga
“Dengan keterbatasan tersebut, tentunya alokasi dana untuk hal-hal konsumtif tersebut tidak digunakan sehingga banyak di antara masyarakat menggunakan dana tersebut untuk menambah alokasi investasinya atau bahkan untuk mulai belajar berinvestasi,” katanya kepada Bisnis, Rabu (28/10/2020)
Menurutnya, SBN ritel yang diterbitkan di masa pendemi merupakan instrumen investasi yang dianggap sesuai dengan kondisi saat ini karena masyarakat yang mempunyai dana mencari instrumen investasi yang aman, terjangkau dan dapat diakses secara daring.
Terlebih lagi, tiga instrumen yang ditawarkan yakni ORI017, SR013 dan ORI018 merupakan instrumen yang tradable atau dapat diperjualbelikan di pasar sekunder sebelum jatuh tempo sehingga menjadikan ketiganya lebih likuid.
“Fitur tersebut semakin meyakinkan masyarakat untuk menempatkan dananya di SBN ritel,” imbuh Deni.
Dia menambahkan, kecenderungan masyarakat untuk meningkatkan investasinya di SBN ritel juga tak lepas dari upaya pemerintah dan otoritas terkait untuk terus menerus memberikan informasi dan pemahaman kepada masyarakat mengenai investasi yang aman.
Deni mengharapkan, dengan semakin meningkatnya literasi investasi masyarakat, diharapkan instrumen SBN ritel menjadi instrumen utama bagi masyarakat dalam menempatkan investasinya.
Sementara itu, pemerintah berencana menerbitkan satu instrumen ritel lagi di sisa tahun ini yakni sukuk tabungan seri ST007 yang merupakan green bond ritel kedua setelah ST006 tahun lalu. Dengan hadirnya ST007, akumulasi pemesanan SBN ritel akan kembali meningkat.