Bisnis.com, JAKARTA — Emiten menara telekomunikasi PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) melansir pencapaian kinerja perseroan pada kuartal III/2020 telah melampaui target tahunan.
CEO Tower Bersama Infrastructure Hardi Wijaya Liong mengatakan dalam periode sembilan bulan tahun ini pihaknya telah mencatat penambahan penyewaan organik (gross) sejumlah 3.319 penyewaan.
“Telah melampaui panduan tahun 2020 kami sebanyak 3.000 penyewaan,” katanya dalam keterangan resmi yang dikutip Bisnis, Senin (26/10/2020)
Secara akumulasi, per 30 September 2020, TBIG memiliki 31.703 penyewaan dan 16.215 site telekomunikasi. Adapun site telekomunikasi milik perseroan terdiri dari 16.093 menara telekomunikasi dan 122 jaringan DAS (Distribusi Antena Sistem).
Selain itu, dengan angka total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 31.581, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) perseroan menjadi 1,96 kali, dari tenancy ratio per akhir 2019 yang sebesar 1,85 kali.
Hardi mengatakan pertumbuhan kolokasi yang kuat dan berkelanjutan telah meningkatkan rasio kolokasi perseroan.
Baca Juga
“Kami fokus untuk mengeksekusi pesanan yang kami terima dari pelanggan telekomunikasi kami saat mereka memadatkan jaringan mereka di seluruh negeri,” ujar Hardi.
Sementara itu, dari sisi kinerja keuangan perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh Saratoga Group dan Provident Capital ini juga membukukan pertumbuhan yang signifikan.
TBIG berhasil mencatat pendapatan dan pendapatan sebelum bunga pajak depresiasi & amortisasi (EBITDA) masing-masing sebesar Rp3,93 triliun dan Rp3,40 triliun miliar untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2020.
Adapun, jika pencapaian triwulan ketiga ini disetahunkan, total pendapatan dan EBITDA Perseroan mencapai Rp5,44 triliun dan Rp4,72 triliun.
Dari pos total pinjaman (debt) perseroan, jika pinjaman dalam mata uang US Dollar yang telah dilindung nilai diukur dengan menggunakan kurs lindung nilainya, adalah sebesar Rp22,4 triliun dan total pinjaman senior (gross senior debt) sebesar Rp10,20 triliun.
Kemudian, dengan saldo kas yang mencapai Rp574 miliar, maka total pinjaman bersih (net debt) TBIG menjadi Rp21,83 triliun dan total pinjaman senior bersih (net senior debt) perseroan menjadi Rp9,62 triliun
Chief Financial Officer TBIG Helmy Yusman Santoso menjelaskan, jika menggunakan EBITDA triwulan ketiga 2020 yang disetahunkan, rasio pinjaman senior bersih terhadap EBITDA adalah 2,04x dan total pinjaman bersih terhadap EBITDA adalah 4,63x.
“Ini di bawah ketentuan surat utang kami yang mensyaratkan rasio total pinjaman—diukur dengan menggunakan kurs lindung nilai—terhadap EBITDA kuartal terakhir yang disetahunkan untuk tidak lebih dari 6.25x,” jelasnya.
Lebih lanjut, dia menyebut bisnis perseroan memiliki arus kas yang kuat, didorong oleh kontrak pendapatan berulang yang dapat diprediksi dari pelanggan telekomunikasi TBIG sehingga rasio utang mereka tetap sehat.
Dia menegaskan para kreditur perseroan tetap berkomitmen untuk mendukung TBIG untuk tumbuh secara organik dan anorganik.
“Pada bulan September, kami memiliki program baru Obligasi Rupiah Berkelanjutan IV dengan jumlah total hingga Rp7 triliun, berlaku selama dua tahun. Kami memiliki arus kas operasional yang kuat dan komitmen Fasilitas Revolving Credit yang signifikan,” tukasnya.