Bisnis.com, JAKARTA— PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. menyiapkan penerbitan surat utang atau notes dalam mata uang asing untuk mengantisipasi kebutuhan pembiayaan kembali obligasi.
Tower Bersama Infrastructure mengumumkan rencana penerbitan notes dengan nilai sebanyak-banyaknya setara US$700 juta. Penerbitan akan dilakukan satu kali atau dalam serangkaian penerbitan.
Emiten berkode saham TBIG itu melaporkan nilai transaksi setara dengan Rp10,44 triliun dengan memperhitungkan kurs tengah Bank Indonesia Rp14.918 pada 30 September 2020. Nilai itu mencapai 189,1 persen dari nilai ekuitas perseroan Rp5,52 triliun per 31 Desember 2019.
Emisi notes masuk ke dalam transaksi material karena melebihi 50 persen dari nilai ekuitas perseroan. Oleh karena itu, perseroan akan meminta restu rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 12 November 2020.
“Ini untuk antisipasi saja. Kalau market bagus kami bisa refinancing obligasi yang existing,” jelas Direktur Keuangan Tower Bersama Infrastructure Helmy Yusman Santoso kepada Bisnis, Selasa (6/10/2020).
TBIG menyatakan penerbitan notes ditujukan kepada pihak yang tidak terafiliasi. Investor global menjadi sasaran dalam emisi tersebut.
Baca Juga
Rencananya, TBIG akan mencatatkan notes di Bursa Efek Singapura. Saat ini, perseroan juga masih memiliki outstanding surat utang berdenominasi global yang akan jatuh tempo pada 2022 dan 2025.
TBIG memiliki global notes US$350 juta dengan jatuh tempo pada 10 Februari 2022. Selanjutnya, global notes senilai US$350 juta jatuh tempo pada 21 Januari 2025 dan global notes US$300 juta telah dilunasi pada Mei 2017.
Dalam pemberitaan Bisnis sebelumnya, CEO Tower Bersama Infrastructure Hardy Liong mengatakan industri menara termasuk defensif pada era pandemi. Pasalnya, pendapatan mengandalkan dari kontrak jangka panjang atas sewa menara telekomunikasi.
Pada semester I/2020, TBIG membukukan penyewaan kotor sebanyak 2.517 tenant yang terdiri atas 370 sites telekomunikasi dan 2.147 kolokasi. Secara akumulasi perseroan memiliki 31.039 penyewaan dan 15.893 site telekomunikasi.
Pencapaian itu hampir memenuhi target 3.000 tenant baru pada 2020. Dengan jumlah itu, rasio kolokasi atau tenancy ratio perseroan juga telah memenuhi target yakni menjadi 1,96 naik dari 1,85 akhir 2019.