Bisnis.com, JAKARTA - Entitas PT Barito Pacific Tbk. (BRPT), yakni Star Energy Geothermal Salak Ltd. (SEGS) dan Star Energy Geothermal Darajat II Ltd. (SEGDII) menerbitkan green bond di Singapura.
Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Sekretaris Perusahaan Barito Pacific Diana Arsiyanti menyampaikan SEGS dan SEGDII menerbitkan green bond senilai US$1,11 miliar pada Rabu (14/10/2020).
"Perusahaan telah menyelesaikan penerbitan green bond atau obligasi US$1,1 miliar," paparnya.
Dengan estimasi kurs Jisdor Rabu (14/10/2020) di posisi Rp14.780, maka penerbitan obligasi US$1,11 miliar tersebut setara dengan Rp16,4 triliun.
Obligasi tersebut dicatatkan di Singapore Exchange Securities Trading Limited, dan telah memperoleh peringkat Baa3 dari Moody’s dan BBB- dari Fitch.
Surat utang terbagi dalam dua seri, yaitu pertama, obligasi senilai US$320 juta, dengan kupon sebesar 3,25%, berjangka waktu 8,5 tahun yang akan jatuh tempo pada April 2029;
Baca Juga
Kedua, obligasi senilai US$790 juta, dengan kupon sebesar 4,85%, berjangka waktu 18 tahun yang akan jatuh tempo pada Oktober 2038.
Dana yang diperoleh dari penerbitan Obligasi tersebut akan dipergunakan untuk pelunasan pinjaman yang ada, keperluan korporasi umum yang berkaitan dengan operasi panas bumi Salak dan Darajat, dan keperluan lain sebagaimana dinyatakan dalam dokumen penerbitan.
Sebelumnya, analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan bahwa pelaku pasar akan menyambut positif penerbitan obligasi valas Star Energy seiring dengan alokasi dana yang akan digunakan dari hasil penerbitan itu.
Untuk diketahui, Star Energy Geothermal (Salak-Darajat) atau SEGSD anak usaha PT Barito PAcific Tbk. (BRPT), akan menerbitkan obligasi valas hingga US$1,11 miliar yang akan terbagi menjadi dua tranche, yaitu tranche A yang akan jatuh tempo pada 2029 dan tranche B yang akan jatuh tempo pada 2038.
Star Energy akan menggunakan dana obligasi global untuk melunasi sejumlah utang dan sebagian akan dialokasikan untuk belanja modal, modal kerja, dan kebutuhan lain yang terkait dengan operasional geothermal.
"Sudah terlihat dana alokasinya mau digunakan apa saja, maka akan terlihat dampaknya ke Star Energy, yang nantinya juga akan mempengaruhi kinerja BRPT, karena BRPT merupakan induk usaha," ujar Reza seperti dikutip dari keterangannya, Jumat (2/10/2020).
Adapun, hingga saat ini Star Energy masih menjadi penopang besar kinerja Barito Pacific.
Sektor itu terus memberikan tingkat pendapatan dan EBITDA yang stabil serta tren peningkatan keuntungan bersih sejalan dengan menurunnya pengeluaran untuk pembayaran bunga pinjaman dari waktu ke waktu terhadap kinerja grup secara keseluruhan.
Di sisi lain, lembaga pemeringkat internasional telah memberikan rating investment grade untuk green bond yang diterbitkan Stary Energy itu. Fitch Ratings telah menyematkan peringkat BBB- dengan outlook stabil, sedangkan Moody’s Investor Service menyematkan peringkat Baa3 dengan outlook stabil.
Reza menjelaskan rating investment grade tersebut menggambarkan kualitas dari surat utang yang dianggap baik dan minim resiko, yang dikeluarkan oleh perusahaan yang reliable.
Selain itu, Reza menilai pemberian peringkat obligasi dengan outlook stabil yang didapatkan Star Energy mencerminkan adanya kecukupan arus kas BRPT sebagai induk usaha Star Energy, sehingga akan memberikan dampak yang bagus pada penerbitan obligasi itu.
Reza menegaskan, secara garis besar pemberian obligasi itu akan menunjang operasional Star Energy dalam membangun energi terbarukan di Indonesia.
"Apalagi dapat eksklusif gitu obligasinya, Jadi selling point atau nilai jual, bagi pelaku pasar dan teman-teman analis," jelas Reza.