Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak dunia terkoreksi setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump menghentikan perundingan paket stimulus fiskal hingga setelah pemilu presiden berakhir.
Dilansir dari Bloomberg pada Rabu (7/10/2020), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman bulan November 2020 terpantau di level US$39,79 per barel atau turun 77 sen pada New York Mercantile Exchange hingga pukul 09.30 waktu Singapura.
Selain itu, harga minyak Brent untuk kontrak bulan Desember 2020 berada di kisaran US$41,90 per barel atau terkoreksi 1,8 persen pada bursa berjangka Eropa ICE. Harga minyak Brent melesat 3,3 persen pada penutupan kemarin.
Harga minyak berjangka di New York terkoreksi 2,2 persen setelah reli 10 persen pada dua sesi perdagangan sebelumnya.
Presiden AS Donald Trump menghentikan perundingan untuk paket stimulus fiskal beberapa jam setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell memperingatkan bahwa kinerja ekonomi kemungkinan akan tersandung karena minimnya dukungan tambahan.
Harga minyak dunia juga bergerak fluktuatif ditengah tanda tanya kondisi kesehatan Trump setelah dinyatakan positif mengidap Covid-19. Turunnya harga minyak kembali dibawah level US$ 40 per barel disebabkan oleh lonjakan produksi minyak dunia dan jumlah kasus positif virus corona yang kembali naik.
Baca Juga
"Paket stimulus fiskal sedianya memberikan kepercayaan diri kepada investor. Dengan ketiadaan stimulus ini, risiko pertumbuhan ekonomi AS yang mandek akan semakin tinggi. Sementara, cadangan minyak global akan tetap tinggi dan membatasi kenaikan harga hingga nantinya akan turun," jelas analis komoditas Commonwealth Bank of Australia Vivek Dhar.
Sementara itu, data dari American Petroleum Institue (API) menyatakan jumlah cadangan bahan bakar di Amerika Serikat turun pada pekan lalu. Sedangkan, jumlah cadangan minyak mentah di pusat penyimpanan Cushing di Oklahoma mengalami kenaikan.
Adapun, proyeksi Bloomberg menyatakan data dari Badan Administrasi Informasi Energi Amerika Serikat (US Energy Information Administration/EIA) kemungkinan akan menunjukkan penurunan jumlah cadangan minyak mentah sebesar 1,2 juta barel.
Sejauh ini, operator kilang minyak di Teluk AS telah menutup 29 persen output produksinya seiring dengan datangnya Badai Delta yang akan melewati negara bagian Louisiana dalam waktu dekat.