Bisnis.com, JAKARTA – Arab Saudi menaikkan harga minyak untuk pengiriman di wilayah Asia di tengah tingkat permintaan yang belum pulih.
Dilansir dari Bloomberg pada Rabu (7/10/2020), perusahaan minyak milik Arab Saudi Aramco mengerek harga minyak mentah sebesar 10 sen menjadi 40 sen di bawah harga acuan. Harga ini hanya berlaku untuk wilayah Asia yang menjadi pasar terbesar perusahaan tersebut.
Sebelumnya, sejumlah pakar memperkirakan Aramco akan menaikkan harganya hingga 20 sen per barel menjadi 30 sen dibawah indeks acuan Timur Tengah. Adapun, pemangkasan harga juga dilakukan untuk pengiriman ke wilayah Mediterania pada bulan November, sedangkan harga pengiriman ke Amerika Serikat tidak berubah.
Kebijakan harga Arab Saudi biasanya akan menentukan strategi para produsen minyak di kawasan Timur Tengah lainnya, seperti Irak dan Uni Emirat Arab, yang masing-masing menjadi pemasok minyak terbesar kedua dan ketiga di OPEC.
Kenaikan harga yang dilakukan Aramco berbanding terbalik dari kebijakan yang dilakukan pada September dan Oktober seiring dengan mandeknya permintaan minyak dunia.
Hal ini menjadi sinyal kepercayaan diri bahwa pasokan minyak dari OPEC+ akan menggairahkan pasar.
Baca Juga
Perusahaan-perusahaan pemurni minyak tengah menghadapi dampak lockdown dan pelarangan perjalanan lintas negara. Hal tersebut berimbas pada anjloknya keuntungan dari pemrosesan minyak mentah menjadi bahan bakar kendaraan dan pesawat.
Namun, margin dari sektor tersebut mengalami kenaikan di Asia pada bulan September lalu. Faktor ini dinilai menjadi salah satu penyebab Aramco menaikkan harga minyak untuk wilayah Asia.
Adapun, harga minyak dunia telah menunjukkan tanda pemulihan sejak April lalu, dengan harga minyak Brent melesat hampir dua kali lipat setelah perjanjian pemangkasan produksi dari OPEC+. Meski demikian, harga minyak pada tahun ini telah terkoreksi 36 persen pada tahun ini dengan level harga US$42,40 per barel hingga Selasa lalu.
OPEC+ rencananya akan melakukan pertemuan pada 30 november hingga 1 Desember mendatang untuk mengkaji kebijakan pemangkasan produksi. Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman pada bulan lalu mengancam para pelaku pasar yang bertaruh harga minyak kembali turun akan menderita.