Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PSBB Sekali Lagi, Emiten Komoditas Masuk Barisan Bertahan

Emiten komoditas khususnya yang bergerak di sektor minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) dan tambang logam akan menjadi yang paling kecil terdampak pemberlakuan PSBB total kali ini.
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor, Minggu (30/8/2020). Badan Litbang Kementerian ESDM memulai kajian kelayakan pemanfaatan minyak nabati murni (crude palm oil/CPO) untuk pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) hingga Desember 2020. Bisnis/Arief Hermawan P
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor, Minggu (30/8/2020). Badan Litbang Kementerian ESDM memulai kajian kelayakan pemanfaatan minyak nabati murni (crude palm oil/CPO) untuk pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) hingga Desember 2020. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Selama pintu ekspor masih terbuka, kinerja emiten sektor komoditas dan tambang diperkirakan tidak akan terlalu terdampak oleh pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) total sekali lagi di DKI Jakarta.

Kepala Riset Mirae Asset Sekuritas Hariyanto Wijaya memperkirakan emiten komoditas khususnya yang bergerak di sektor minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) dan tambang logam akan menjadi yang paling kecil terdampak pemberlakuan PSBB total kali ini.

“Perusahaan-perusahaan itu masih bisa memproduksi dan mengekspor produk ke target pasar di luar negeri,” tulis Hariyanto dalam catatan yang diterima Bisnis, Kamis (10/9/2020).

Lagipula, emiten CPO dan tambang logam saat ini juga tengah menikmati kenaikan harga komoditas dan pelemahan nilai tukar rupiah. Pelemahan rupiah dapat meningkatkan pundi-pundi keuangan perusahaan karena penjualan ekspor utamanya dilakukan dalam mata uang dolar AS.

Analis Mirae Asset Sekuritas Andy Wibowo Gunawan memperkirakan harga CPO bakal mampu bertahan pada level 2.500 ringgit-2.600 ringgit menjelang akhir tahun.

Saat ini, harga CPO kontrak teraktif pengiriman November 2020 tercatat menguat 7 persen ke level 2.821 ringgit per ton di Bursa Malaysia. 

Adapun sentimen positif harga CPO datang dari harapan pemulihan permintaan India dan China setelah kedua negara membuka lockdown.

Sementara itu, untuk produk tambang logam, harga nikel diperkirakan masih dapat menguat karena pasokan sudah berkurang. Adapun, permintaan dari China juga mulai pulih karena aktivitas manufaktur di Negeri Panda kembali bergairah yang tercermin lewat indeks PMI Caixin China bulan lalu naik di luar perkiraan.

Untuk logam mulia, keputusan Bank Sentral AS (Federal Reserve) untuk menahan suku bunga di level rendah untuk waktu yang lama menjadi penopang penguatan harga emas pekan ini.

Mirae Asset Sekuritas pun masih mempertahankan target IHSG pada level 5.400 untuk 2020 dengan saham pilihan beragam dari sektor barang konsumen, semen, dan komoditas. 

Dari kelompok komoditas dan tambang logam, perusahaan sekuritas asal Korea Selatan ini merekomendasikan AALI, LSIP, TINS, dan UNTR. 

Di lantai bursa saham-saham tersebut terpantau memerah pada awal perdagangan sesi II hari ini, Saham PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) melemah 5,49 persen ke level Rp9.900, saham PT PP London Sumatra Indonesia Tbk. (LSIP) susut 6,77 persen menjadi Rp895, saham PT Timah Tbk. (TINS) turun 6,83 persen menjadi Rp750, dan saham PT United Tractors Tbk. (UNTR) terdepresiasi 4,64 persen menjadi Rp21.600.

Sementara IHSG masih melemah 4,81 persen menjadi 4.901,90 pada pukul 13.50 WIB setelah perdagangan sempat dihentikan sementara (trading halt) pada sesi I.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper