Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah analis menilai sektor komoditas masih akan menjadi salah satu sektor unggulan untuk jangka pendek tahun ini seiring proyeksi stabilnya harga komoditas dunia di level yang relatif tinggi.
Ari Pitojo, Chief Investment Officer Eastspring Investment Indonesia, mengatakan bahwa perekonomian dunia terus mengalami pemulihan pascakrisis ekonomi 2008 lalu. Tahun lalu menjadi tahun terbaik bagi perekonomian dunia dengan 75% negara dunia mengalami pertumbuhan ekonomi positif.
Menurutnya, saat ini negara-negara dunia relatif lebih percaya diri terhadap kinerja ekonomi global. Oleh karena itu, aktivitas manufaktur masih akan meningkat, demikian juga permintaan domestik baik di negara maju maupun berkembang.
Hal tersebut mendorong permintaan dan pemulihan harga komoditas global secara bertahap. Berdasarkan data Bloomberg, harga komoditas dunia seperti minyak, CPO, batu bara, timah, dan nikel sudah mencapai titik terendahnya pada periode pertengahan 2015 hingga awal 2016. Sejak itu, harga komoditas dunia terus meningkat.
“Dalam jangka pendek, sektor batu bara yang diuntungkan karena naik lebih cepat, itulah alasannya dalam dua bulan terakhir sektor batu bara mencatatkan pertumbhan harga saham yang sangat baik,” katanya, Rabu (7/2/2018).
Ari mengatakan, harga komoditas batu bara dalam jangka pendek akan tetap tinggi, apalagi bila aktivitas ekonomi ikut meningkat.
Hal ini disebabkan karena meski permintaan dan harga meningkat, produsen batu bara tidak bisa serta merta manaikan kapasitas produksi sebab lembaga pembiayaan cukup hati-hati untuk menyalurkan pembiayaan akbiat trauma bangkrutnya sejumlah pemain di bisnis ini di masa lalu.
Tjandra Lienandjaja, Deputy Head of Equity Research Mandiri Sekuritas, mengatakan bahwa pihaknya tidak banyak berharap harga komoditas dunia akan mengalami peningkatan yang signifikan lagi tahun ini.
Mandiri Sekuritas sembelumnya memberi proyeksi kinerja pertumbuhan laba rata-rata sektor komoditas tahun ini akan turun 4% dibandingkan tahun lalu, seiring proyeksi adanya koreksi terhadap harga komoditas. Padahal, pada 2017 lalu laba sektor komoditas diproyeksikan tumbuh 44% yoy.
“Harga mungkin akan turun karena ada kebijakan batasan produksi dari China karena mereka mencoba untuk kurangi penggunaan batu bara sehingga harga akan turun. Mungkin di second half akan ada koreksi harga komoditas,” katanya.
Dirinya memberi rekomendasi netral untuk sektor komoditas tahun ini, meskipun masih memberi rekomendasi beli atas emiten-emiten tertentu yang valuasinya masih murah, seperti PTBA, ITMG, dan HRUM.