Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Eastspring Indonesia Kumpulkan Saham Defensif Hadapi Volatilitas Tinggi

Manajer investasi asal Inggris ini mengatakan lebih menyukai alokasi aset pendapatan tetap ketimbang saham.
Karyawan beraktifitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (9/9/2020). Bisnis/Abdurachman
Karyawan beraktifitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (9/9/2020). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA – Manajer investasi asal Inggris, Eastspring Investments Indonesia, memperkirakan volatilitas pasar saham masih akan tinggi terutama dalam jangka pendek. Saham-saham sektor defensif pun masih menjadi pilihan utama perseroan dalam menyusun aset dasar reksa dana berbasis saham.

Pada perdagangan sesi I hari ini, Kamis (10/9/2020), Bursa Efek Indonesia kembali melakukan penghentian sementara perdagangan atau trading halt karena IHSG anjlok hingga 5 persen ke level 4.892.

Penghentian sementara perdagangan tersebut menjadi yang keenam kalinya di sepanjang tahun berjalan. Sebelum ini, trading halt dilakukan pada 23 Maret 2020 ketika indeks turun 5 persen ke level 3.985.

Pelemahan saham dari tiga bank besar di Indonesia menjadi pemberat langkah IHSG. Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) melemah 4,32 persen, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) turun 6,74 persen, dan saham PT Bank Mandiri Tbk. turun 6,93 persen.

Selain itu, saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. yang terdepresiasi 5,71 persen juga menambah berat performa indeks.

CIO Eastspring Indonesia Ari Pitojo mengatakan penurunan indeks kali ini terjadi karena keputusan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk memberlakukan kembali PSBB per 14 September 2020.

Pemberlakukan PSBB kembali pun menghapus optimisme yang terjadi sejak Juni 2020 ketika pemerintah ibukota negara ini memutuskan untuk melonggarkan PSBB tahap pertama.

“Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan dampaknya pada pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan akibat dari sektor-sektor usaha yang harus kembali ditutup,” tulis Ari dalam catatan yang diterima Bisnis, Kamis (10/9/2020).

Pemberlakuan PSBB total diambil lagi oleh pemerintah di ibukota negara mengingat penyebaran kasus Covid-19 yang tak kunjung mereda. Selain itu, dukungan fasilitas kesehatan terutama di rumah sakit tampak mulai berada di ambang batas kapasitas.

Pelemahan IHSG pun kontras dibandingkan performa indeks saham global. Indeks Dow Jones di Amerika Serikat ditutup 1,60 persen pagi ini dan indeks S&P 500 terapresiasi 2,01 persen.

Sementara di Asia, indeks Nikkei di Jepang saat ini naik 0,52 persen, indeks Hang Seng di Hong Kong menguat 0,13 persen, dan indeks Shanghai Composite terapresiasi 0,38 persen.

Di tengah volatilitas pasar saham yang masih tinggi, manajer investasi yang mengelola dana senilai Rp84,39 triliun pada akhir Juli 2020 ini mengatakan lebih menyukai alokasi aset pendapatan tetap ketimbang saham.

Adapun untuk reksa dana saham, portofolio yang dijadikan underlying asset dipilih dari sektor defensif yang tahan banting saat terjadi perlambatan ekonomi seperti sektor konsumsi, kesehatan dan komunikasi. 

“Dalam hal pemilihan saham, kami lebih menyukai saham-saham yang memiliki fundamental yang baik dan mempunyai pendanaan yang kuat,” jelas Ari. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper