Bisnis.com, JAKARTA – Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) secara berkepanjangan dinilai akan menghantam kinerja emiten-emiten di sektor properti.
Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan mengatakan, pemberlakuan kembali PSBB akan lebih berdampak pada sentimen pasar yang negatif. Hal tersebut nantinya akan ikut mengganggu laju saham dan kinerja perusahaan properti.
“Dampak pemberlakuan ini kami lihat lebih ke makro dibandingkan secara sektoral,” katanya.
Alfred melanjutkan, berlakunya PSBB belum akan menimbulkan dampak signifikan terhadap sektor properti dalam jangka pendek. Pasalnya, sejumlah emiten sudah dapat beradaptasi dengan keadaan pembatasan sosial, contohnya adalah melakukan pemasaran secara digital (digital marketing).
Meski demikian, hal ini dapat berubah apabila pemberlakuan PSBB berlangsung dalam jangka waktu panjang. Sentimen makro akan berubah menjadi sentimen sektoral yang akan langsung berimbas pada lesunya perusahaan-perusahaan properti.
Apabila PSBB dilaksanakan secara berkepanjangan, hal ini akan kembali memukul tingkat permintaan properti masyarakat yang sebelumnya sudah pulih secara perlahan. Hal tersebut juga akan berdampak ke sektor perbankan mengingat sekitar 60 persen hingga 70 persen masyarakat masih mengandalkan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) untuk membeli properti.
Baca Juga
Sementara itu, Analis FAC Sekuritas, Wisnu Prambudi Wibowo mengatakan, pemberlakuan PSBB akan semakin memperberat upaya pemulihan sektor properti. Hal ini terutama akan amat dirasakan oleh emiten properti pengelola gedung perkantoran.
“Selama pembelakuan PSBB dan PSBB transisi sudah terlihat adanya penurunan sewa perkantoran, bahkan ada juga yang memberi diskon,” ujarnya.
Dampak negatif ini juga akan turut dirasakan oleh emiten-emiten pemilik proyek perumahan. Masyarakat akan cenderung menahan pembelian properti dan lebih memilih menyimpan uangnya untuk keadaan darurat.
Di sisi lain, perusahaan juga semakin kesulitan mencapai target yang telah ditetapkan. Mereka juga harus menjaga likuditas dan arus kas dengan menunda upaya ekspansi hingga melakukan efisensi-efisiensi pada sejumlah sektor pengeluaran.