Bisnis.com, JAKARTA - Kurs rupiah menyentuh posisi Rp14.804 per dolar AS berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) hari ini, Rabu (2/9/2020).
Data yang diterbitkan Bank Indonesia pagi ini menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp14.804 per dolar AS, melemah 189 poin atau 1,29 persen dari posisi Rp14.615 pada Selasa (1/9/2020).
Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg hari ini, pergerakan nilai tukar rupiah juga sudah melemah 1,6 persen atau 232,5 poin ke level Rp14.805 hingga pukul 10.38 WIB.
Adapun, nilai tukar rupiah memang dibuka terdepresiasi pada awal perdagangan yakni dengan pelemahan 65 poin atau 0,45 persen ke level Rp14.637 per dolar AS. Sepanjang perdagangan pagi ini, rupiah bergerak dalam kisaran level Rp14.605 – Rp14.815.
Pada perdagangan hari sebelumnya, Selasa (1/9/2020), pergerakan nilai tukar rupiah juga berakhir pada posisi melemah 10 poin atau 0,07 persen ke posisi Rp14.572, saat indeks dolar terpantau mengalami koreksi 0,39 persen ke posisi 91.785 pada pukul 14.54 WIB.
Tim analis Monex Investindo Futures mengatakan dolar AS memantul dari posisi terendah dua tahun pada hari Rabu (2/9/2020) karena data AS menunjukkan aktivitas manufaktur yang kuat,.
Baca Juga
"Data ekonomi yang diterbitkan pada hari Selasa (1/9/2020) menunjukkan aktivitas manufaktur AS alami percepatan ke level tertinggi hampir dua tahun pada bulan Agustus di tengah lonjakan pesanan baru, dengan pembacaan dari Institute for Supply Management level tertinggi sejak November 2018,” tulis tim analis Monex Investindo Futures dalam publikasi risetnya, Rabu (2/9/2020).
Kepala strategi FX di Daiwa Securities mengatakan peningkatan permintaan yang terpendam, seperti untuk mobil, telah berkontribusi pada kenaikan greenback. Tidak perlu melihat data sepenuhnya hebat, karena data ISM juga menunjukkan pasar tenaga kerja tetap berada di wilayah kontraksi.
Adapun, greenback telah menurun sejak pekan lalu, sekitar 1 persen, setelah Federal Reserve mengumumkan akan lebih fokus pada inflasi rata-rata dan lapangan kerja yang lebih tinggi.
Dengan perubahan kebijakan Fed yang memiliki kelonggaran untuk mempertahankan suku bunga AS lebih rendah lebih lama, hal itu telah mendorong para pedagang untuk menjual mata uang.