Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ya Ampun! Rupiah Babak Belur, Turun 1,42 Persen

Dalam 30 menit perdagangan, rupiah bergerak di rentang Rp14.605 hingga Rp14.780 per dolar AS. Kinerja rupiah bernasib sama dengan mayoritas mata uang Asia yang juga melemah terhadap dolar AS.
Karyawati menunjukan uang Rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Minggu (7/6/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati menunjukan uang Rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Minggu (7/6/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS langsung babak belur dengan koreksi lebih dari 100 poin pada awal perdagangan hari ini, Rabu (2/9/2020).

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka di posisi Rp14.605 atau melemah 30 poin dari posisi penutupan kemarin di Rp14.572,5 per dolar. Hingga pukul 09.31 WIB, rupiah sudah melemah 207,5 poin atau 1,42 persen ke posisi Rp14.780. 

Dalam 30 menit perdagangan, rupiah bergerak di rentang Rp14.605 hingga Rp14.780 per dolar AS. Kinerja rupiah bernasib sama dengan mayoritas mata uang Asia yang juga melemah terhadap dolar AS.

Sejauh ini, selain rupiah, ringgit Malaysia, baht Thailand, peso Filipina, dan won Korea melemah terhadap dolar. Rupiah tercatat menjadi mata uang melemah paling dalam terhadap dolar AS.

Sementara itu, indeks dolar AS menguat 0,04 persen ke posisi 92,374 pada pukul 09.24 WIB. Indeks yang mengukur kekuatan mata uang dolar AS terhadap sekeranjang mata uang utama dunia itu berhasil rebound dari level terendah dalam dua tahun terakhir.

Direktur PT.TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan rupiah diperkirakan akan bergerak di rentang Rp14.550 hingga Rp14.620 dan ditutup melemah tipis pada perdagangan hari ini.

Dia mengungkapkan,  sebetulnya rupiah mendapat angin segar dari tren pelemahan dolar. Mata uang negeri Paman Sam itu tengah mendapat tekanan seiring dengan arah kebijakan moneter The Federal Reserve membiarkan tingkat suku bunga rendah dalam waktu lama.

Namun, Pelaku pasar khawatir dengan peningkatan ketegangan antara AS dan China, dipicu dialog ekonomi bilateral dengan Taiwan. 

Di samping itu, data manufaktur AS yang melampaui ekspektasi turut menjadi sentimen positif terhadap penguatan dolar AS.

Data Institute for Supply Management (ISM) menunjukkan indeks manufaktur meningkat menjadi 56 pada Agustus, naik dari posisi Juli sebesar 54,2 pada Juli. Angka itu menunjukkan ekspansi tercepat dalam hampir dua tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rivki Maulana
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper