Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Asia ditutup dengan hasil variatif menyusul mandeknya pembicaraan terkait paket stimulus fiskal di Amerika Serikat. Hasil ini menyusul gagalnya indeks S&P 500 mencatatkan rekor kenaikan tertinggi pada perdagangan Senin.
Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (18/8/2020), indeks Topix Jepang ditutup menguat tipis di level 1.610,85.Sementara itu, indeks S&P/ASX 200 Australia juga menguat 0,77 persen dan ditutup di posisi 6.123,39.
Sementara itu, indeks Kospi Korea Selatan terperosok 2,46 persen di posisi 2.348,24 seiring dengan persiapan pidato nasional Perdana Menteri Chung Sye Kyun ditengah lonjakan kasus positif virus corona. Adapun indeks Hang Seng Hong Kong terkoreksi 0,23 persen dan Shanghai Composite menguat tipis 0,08 persen.
Perdagangan hari ini ditopang oleh kucuran dana dari bank sentral China yang meningkatkan keyakinan investor. Meski demikian, sentimen ini juga terdampak oleh kenaikan tensi hubungan AS dan China.
Indeks S&P 500 AS kesulitan menembus rekor baru di tengah mandeknya pembicaraan terkait paket stimulus fiskal AS. Pada saat yang sama, Departemen Perdagangan AS mengumumkan pembatasan terhadap salah satu perusahaan asal China, Huawei, yang turut meningkatkan tensi panas hubungan China dengan AS.
"Kebanyakan investor dan pelaku pasar saat ini masih menunggu kejelasan paket stimulus fiskal kedua dari AS. Saat ini iklim investasi belum menunjukkan sentimen risk-on," ujar Chief Investment Officer Gibbs Wealth Management, Erin Gibbs.
Sementara itu, sejumlah perusahaan akan melaporkan kinerja keuangannya dalam beberapa hari ke depan. Walmart Inc. dan Home Depot Inc. akan merilis laporan keuangannya pada hari ini disusul oleh. Target Corp. dan Nvidia pada hari Rabu dan Alibaba Group Holding Ltd. serta Qantas Airways Ltd. pada kamis mendatang.