Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lima Hari Tertindas Terus, Ini Syarat agar Rupiah Bisa Bangkit

Rupiah telah terdepresiasi selama lima hari perdagangan berturut-turut di saat mayoritas mata uang Asia lainnya berhasi menguat terhadap dolar AS.
Karyawati menunjukan uang Rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Minggu (7/6/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati menunjukan uang Rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Minggu (7/6/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih dalam tekanan di zona merah kendati minat investasi aset berisiko mulai meningkat. Rupiah sudah mulai merangsek ke level Rp14.700 per dolar pada hari ini.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Rabu (12/8/2020) nilai tukar rupiah parkir di level Rp14.760 per dolar AS, melemah 0,55 persen atau 80 poin. Kinerja itu menjadikan rupiah sebagai mata uang dengan kinerja terburuk di antara mata uang Asia lainnya. Sekadar informasi, rupiah telah terdepresiasi selama lima hari perdagangan berturut-turut di saat mayoritas mata uang Asia lainnya berhasil melawan dolar AS.

Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa nilai tukar rupiah tertekan oleh perundingan rencana stimulus AS yang buntu sehingga peluncurannya tertunda.Padahal, sentimen itu sangat dinantikan pasar untuk mendorong penguatan nilai tukar negara berkembang, termasuk rupiah, karena akan melemahkan dolar AS.

Dia pun menjelaskan bahwa potensi rupiah untuk melanjutkan pelemahan masih terbuka lebar di tengah ketidakpastian ekonomi global dan rebound dolar AS ke zona hijau dalam beberapa perdagangan terakhir.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang asia bergerak di kisaran level 93,593.

Selain itu, rupiah juga ditekan oleh sentimen rilis data ketenagakerjaan AS periode Juli yang lebih baik daripada periode sebelumnya. Kisruh hubungan AS dengan China pun turut membebani pergerakan rupiah untuk kembali diperdagangkan di zona hijau.

“Rupiah bisa menguat lagi kalau pembahasan stimulus AS menemui kompromi. Pada pekan ini, rupiah kemungkinan bergerak di kisaran Rp14.400- Rp14.850 per dolar AS,” ujar Ariston kepada Bisnis, Rabu (12/8/2020).

Ariston juga menjelaskan bahwa tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS yang menguat dalam beberapa perdagangan terakhir, mengindikasikan sedang terjadi peralihan minat investasi dari aset aman ke aset berisiko. Bila hal itu bertahan, peralihan minat itu berpotensi mendukung rupiah.

Di sisi lain,Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Nanang Hendarsyah mengatakan bahwa pelemahan rupiah dalam beberapa perdagangan terakhir mendorong Bank Indonesia untuk melakukan intervensi.

Mengutip Bloomberg, Nanang menjelaskan bahwa bank sentral telah melakukan intervensi langsung di pasar mata uang interbank spot untuk membatasi pelemahan rupiah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper