Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Goldman Prediksi Harga Emas Mampu ke Level US$2.300, Apa Bisa?

Goldman Sachs Group Inc. memperkirakan harga emas berpeluang reli ke level US$2.300.
Bongkahan emas./Bloomberg
Bongkahan emas./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Goldman Sachs Group Inc. memprediksi harga emas dapat menembus level US$2.000 per troy ounce untuk kemudian menuju US$2.300 per troy ounce.

Dengan lebih banyak stimulus dikeluarkan untuk mengatasi dampak pandemi, Goldman Sachs Group Inc. mengatakan bahwa emas adalah investasi pilihan terakhir di tengah ancaman inflasi terhadap dolar. Goldman memperkirakan harga emas reli ke US$2.300.

Sementara itu, Bank of America Corp menegaskan pada hari Jumat bahwa harga emas bisa melonjak hingga setinggi US$3.000. Berkebalikan, JPMorgan Chase & Co melihat reli kehilangan tenaga akhir tahun ini.

"Kami tetap bullish dengan emas dan perak" kata Frederic Panizzutti, direktur pelaksana di MKS di Dubai. "Harga emas berpotensi menuju US$2.000."

Harga emas melonjak ke rekor baru, yakni kenaikan bulanan terbesar sejak 2016, karena didorong oleh pelemahan dolar AS dan iklim suku bunga rendah.

Pada penutupan perdagangan Jumat (31/7/2020) waktu setempat, harga emas spot naik 0,98 persen atau 19,22 poin menjadi US$1.975,86 per troy ounce, setelah bergerak di rentang US$1.955,41 - US$1.983,36.

Harga emas spot juga ditutup di level tertinggi sepanjang masa, menembus rekor sebelumnya yang dicetak dua hari lalu di level US$1.970.

Harga naik 10 persen pada Juli 2020, peningkatan bulanan tertinggi sejak 2016. Sepanjang 2020, harga emas spot sudah melejit 30,22 persen.

Sementara itu, harga emas Comex kontrak Desember 2020 naik 0,97 persen atau 19,1 poin menuju US$1.985,9 per troy ounce. Harga sempat menyentuh level tertinggi di US$2.005,4.

Mengutip Bloomberg, harga emas melonjak ke rekor tertinggi baru didorong oleh pelemahan dolar dan suku bunga rendah. Perak menuju bulan terbaiknya sejak 1979.

Exchange Traded Funds (ETF) juga meningkatkan kepemilikan emas dan perak meningkatkan, karena kekhawatiran pasar memicu permintaan terhadap aset yang dianggap aman.

Federal Reserve minggu ini mengulangi janji untuk menggunakan semua alatnya untuk mendukung ekonomi AS, dengan pemerintah dan bank sentral di seluruh dunia telah mengeluarkan sejumlah besar stimulus untuk menopang pertumbuhan.

"Setelah periode konsolidasi singkat pasca-FOMC, spekulasi seputar seruan Presiden Trump untuk menunda pemilihan mengguncang pasar dan kita melihat logam kuning pulih," kata ahli strategi TD Securities termasuk Bart Melek dalam sebuah catatan penelitian.

Harga emas juga didukung data ekonomi yang buruk di seluruh AS dan Eropa, sehingga menjaga harapan untuk stimulus tinggi lebih lanjut. Di sisi lain, dolar AS terus melemah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper