Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat pada perdagangan sesi awal perdagangan hari ini, setelah sempat tergelincir pada awal pembukaan perdagangan hari ini.
IHSG dibuka tergelincir ke zona merah setelah terkoreksi 0,08 persen pada menit awal perdagangan pada hari ini, Senin (15/6/2020). Investor langsung menyerbu menjual saham-saham perbankan, sehingga terjadi koreksi.
Namun tak lama kemudian IHSG, kembali berhasil membalikkan keadaan. Indeks bergerak dari koreksi 0,08 persen menjadi penguatan 0,06 persen pada menit yang sama. IHSG mencapai level 4.883,51.
Tren ini masih berlangsung hingga pukul 09.07 WIB di mana IHSG menguat 0,61 persen ke level 4.910,17 per saham. Sebanyak 176 saham menguat, sedangkan 81 lainnya melemah, dan 123 tidak mengalami perubahan.
Secara total investor asing melakukan jual bersih sebesar Rp136,14 miliar pada awal perdagangan hari ini hingga pukul 09.26 WIB. Sasaran jual investor asing adalah beberapa saham big caps, seperti PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI).
Meski begitu, penopang penguatan IHSG yang utama adalah menghijaunya saham PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) yang menguat 2,97 persen ke level Rp3.120 per saham.
Baca Juga
Pergerakan IHSG, sedikit berbeda dengan bursa saham Asia lainnya dan pasar berjangka AS yang melemah seiring dengan kekhawatiran adanya gelombang kedua kenaikan angka kasus positif virus corona.
Dilansir dari Bloomberg, indeks Kospi Korea Selatan menjadi pasar dengan koreksi terdalam dengan 0,9 persen disusul oleh Hang Seng Hong Kong (0,5 persen). Sementara itu, penurunan juga diikuti oleh indeks Topix Jepang sebanyak 0,4 persen.
Sedangkan indeks S&P/ASX 200, yang telah terjerembab 5 persen dalam 2 sesi perdagangan terakhir juga terkoreksi 0,1 persen. Adapun indeks berjangka S&P 500 juga turun 1,2 persen hingga pukul 09.02 waktu Tokyo, Jepang.
Faktor penurunan bursa ini didorong oleh lonjakan angka kasus positif pandemi virus corona di lebih dari 20 negara bagian di AS. Hal serupa juga terjadi di Jepang dan China yang memutuskan untuk menutup pasarnya.
"Risiko global saat ini adalah adanya gelombang kedua kasus virus corona. Sekarang adalah saatnya investor memiliki obligasi dengan tenor panjang dalam portofolio mereka," ujar Chief Investment Officer for Core Investments di AXA Investment Managers Chris Iggo.
Pada hari ini, China juga akan mengumumkan data-data ekonomi inti yang diperkirakan akan menunjukkan tren positif setelah terkontraksi pada kuartal I/2020. Pengumuman akan dilakukan secara daring karena munculnya kasus baru virus corona di Beijing.