Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Optimisme Menguat, Waspadai Aksi Ambil Untung di Pasar Modal

Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada penguatan IHSG belakangan ini didukung oleh menguatnya berbagai sentimen positif terhadap ekonomi, baik dari dalam maupun luar negeri.
Karyawati beraktivitas di sekitar grafik pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (4/6/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati beraktivitas di sekitar grafik pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (4/6/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Optimisme perbaikan ekonomi yang menjadi penopang penguatan indeks harga saham gabungan (IHSG) dalam beberapa pekan terakhir diperkirakan akan terus berlanjut.

Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada penguatan IHSG belakangan ini didukung oleh menguatnya berbagai sentimen positif terhadap ekonomi, baik dari dalam maupun luar negeri.

Menurutnya, optimisme atas rencana pembukaan kembali ekonomi di sejumlah negara serta wacana kenormalan baru di Indonesia menjadi salah satu sentimen utama terhadap pergerakan pasar modal.

“Di sini kita lihat bahwa pasar itu masih ada sikap opsitmistis terhadap kondisi yang ada. Kita lihat dalam beberapa hari terakhir sentimennya cenderung positif, sehingga optimisme ini terus mendorong IHSG,” katanya kepada Bisnis, Senin (8/6/2020).

Dengan demikian dia menilai potensi penguatan IHSG diperkirakan akan terus menguat dalam jangka menengah—panjang. Namun, dalam jangka pendek, aktivitas profit taking diperkirakan akan menjadi pemberat laju IHSG.

Secara umum, dia menilai pasar sudah mulai meninggalkan pandangan pesimistisnya terhadap ekonomi. Rencana penghentian Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) membuat investor percaya diri bahwa dampak Covid-19 tidak akan selamanya menghantui ekonomi.

Pada perdagangan hari ini IHSG ditutup menguat 2,48 persen ke level 5.070,56. Penguatan terjadi pada seluruh sektor dan indeks yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI), kecuali indeks papan pengembangan.

Pendorong penguatan IHSG pada perdagangan hari ini adalah menguatnya saham-saham perbankan jumbo seperti BBCA, BBRI, dan BMRI. Selain itu, top movers IHSG juga dikontribusi oleh saham konsumer, properti, dan konstruksi.

BBRI, BBCA, dan BMRI mengisi daftar teratas top movers IHSG pada hari ini. BBRI dan BBCA menguat masing-masing 6,1 persen dan 3,1 persen, sedangkan BMRI menguat 8,2 persen.

Sektor perbankan memang dinilai menjadi salah satu sektor favorit para analis. Contohnya, Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani mengatakan bahwa emiten perbankan memiliki prospek menarik.

Emiten perbankan, khususnya yang memiliki kapitalisasi pasar jumbo dinilai memiliki potensi untuk terus menguat. Dia menyatakan sektor perbankan diperkirakan sudah melewati periode tersulitnya pada tahun ini.

Optimisme ini juga sejalan dengan pandangan beberapa emiten di sektor tersebut. Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk. Jahja Setiaatmadja menilai proyeksi kinerja pada paruh kedua akan lebih baik dibandingkan paruh pertama.

“Kami melihat kinerja di semester II/2020 akan lebih baik dari sebelumnya, khususnya pada Maret, saat Covid-19 pertama kali merebak. Tapi untuk target kinerja kami tidak bisa berikan,” katanya kepada Bisnis, Senin (8/6/2020).

Pada perdagangan hari ini, BBCA menguat 3,06 persen ke level Rp29.500 per saham. Secara kumulatif, BBCA kini telah menguat sebesar 13,03 persen dalam sebulan terakhir. Namun, secara tahun berjalan harga saham BBCA masih terkoreksi 11,74 persen.

Sementara itu, Wakil Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Hery Gunardi menyatakan pihaknya menyambut positif membaiknya IHSG dan harga saham perseroan. Dia menilai hal ini menandakan kepercayaan investor telah mulai pulih.

“Tentunya kami menyambut baik sign positive terhadap market, artinya para investor sudah mulai menaruh confident,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (8/6/2020).

Dia menyatakan bahwa perseroan telah menyiapkan strategi untuk terus menggenjot kinerja jelang semester II/2020. Strategi ini dilakukan melalui percepatan penyelesaian proses restrukturisasi kredit, selektif menyalurkan kredit ke sektor tertentu, dan efisiensi untuk menjaga cost to income ratio.

Meski begitu, dia tetap berhati-hati dan mewaspadai kebijakan lanjutan terkait penanganan Covid-19, seperti pencabutan PSBB. Dia juga menyatakan pihaknya bersiap untuk memangkas target awal tahun.

“Tentunya akan ada koreksi dibandingkan target sebelum terjadinya Covid-19. Pertumbuhan kredit dan laba saya kira akan jauh dibawah tahun lalu,” katanya.

Pada tahun lalu, perseroan mencatatkan pertumbuhan laba sebesar 9,9 persen secara tahunan menjadi Rp27,5 triliun. Adapun, penyaluran kredit tumbuh 10,7 persen menjadi Rp907,5 triliun.

Sampai dengan kurtal I/2020, perseroan membukan laba sebesar Rp7,92 triliun. Jumlah ini masih tercatat mengalaim peningkatan sebesar 9,44 persen terhadap perolehan pada kuartal I/2019.

Pada perdagangan hari ini, BMRI meguat 8,25 persen ke level Rp5.250 per saham. Penguatan secara kumulatif dalam sebulan terakhir sudah mencapai 22,38 persen. Namun, secara tahun berjalan BMRI masih terkoreksi 31,6 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper