Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan rupiah diperkirakan masih dapat menguat pada perdagangan, Senin (8/6/2020). Namun, sinyal penguatan sedikit melemah dengan adanya sentimen terbaru dari data ketenegakerjaan Amerika Serikat.
Pada penutupan Jumat (5/6/2020), rupiah terapresiasi 1,56 persen atau 218 poin ke level Rp13.878 per dolar AS. Penguatan itu terjadi di saat indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak turun 0,16 persen ke level 96,836.
Nilai tukar rupiah telah menguat lebih dari 17 persen sepanjang kuartal berjalan, menghapus sebagian besar pelemahan yang dialami pada kuartal I/2020.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan potensi penguatan mata uang Garuda akan sedikit terkendala dengan data terbaru dari Amerika Serikat yang menyatakan adanya peningkatan 2,5 juta lapangan kerja pascapembukaan lockdown.
“Ini kemungkinan besar akan menguatkan indeks dolar, pada Sabtu [6/6/2020] pagi juga memang indeks dollar sudah mengalami penguatan. Sehingga bisa saja nanti di awal perdagangan Senin itu melemah, tapi di penutupan bisa menguat atau stagnan” ujarnya kepada Bisnis, Minggu (7/6/2020).
Meski begitu, sentimen tersebut juga masih akan tertahan oleh persoalan demonstrasi massal yang terjadi di Negeri Paman Sam. Namun, dampaknya diperkirakan cukup terbatas karena demonstrasi tersebut belum memegaruhi stabilitas politik di negara tersebut.
Baca Juga
Di sisi lain, potensi pergerakan rupiah dinilai akan dipengaruhi oleh sentimen positif dari stimulus yang diberikan oleh European Central Bank (ECB) sebesar 600 miliar Euro. Hal ini juga diikuti dengan sentimen positif dari pelunakan kebijakan pembatasan sosial di luar dan di dalam negeri.
Selain itu, sentimen domestik juga akan datang dari kebijakan Bank Indonesia dan pemerintah untuk meredam dampak pandemi. Terlebih, apabila pemerintah memutuskan pemberian berbagai stimulus dapat diperpanjang hingga akhir tahun.
Di sisi lain faktor stabilitas politik di dalam negeri juga dinilai akan mendukung proses perundangan untuk pemberian berbagai stimulus tambahan di Indonesia. Hal ini sentimen positif bagi investor asing untuk masuk ke pasar keuangan dalam negeri, khususnya pasar obligasi.
Ibrahim juga berpendapat keputusan Bank Indonesia menahan suku bunga acuan akan membuat pasar obligasi dan rupiah kian menarik di mata investor. Menurutnya tingkat suku bunga acuan di angka 4,75 persen saat jauh lebih menarik dibandingkan suku bunga negara-negara lainnya.
“Dalam penutupan pasar terakhir, rupiah ditutup menguat sebesar 217 poin ke level Rp13.877 per dolar AS. Dalam perdagangan Senin depan, rupiah masih akan menguat kemungkinan mendekati Rp13.600 per dolar AS,” ujarnya.