Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tersungkur ke US$1.680, Bagaimana Prospek Harga Emas?

Pada penutupan perdagangan Jumat (5/6/2020), harga emas spot terkoreksi 1,69 persen atau 28,95 poin menjadi US$1.685,06 per troy ounce. Adapun, emas Comex kontrak Agustus 2020 turun 2,57 persen menuju US$1.683 per troy ounce.
Bongkahan emas./Bloomberg
Bongkahan emas./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas tersungkur seiring dengan membaiknya data tenaga kerja Amerika Serikat dan potensi pemulihan ekonomi global akibat pembukaan kembali lockdown.

Sentimen tersebut mengurangi permintaan emas sebagai aset safe haven atau aset yang dianggap aman, sehingga harganya pun mengalami koreksi.

Pada penutupan perdagangan Jumat (5/6/2020), harga emas spot terkoreksi 1,69 persen atau 28,95 poin menjadi US$1.685,06 per troy ounce. Adapun, emas Comex kontrak Agustus 2020 turun 2,57 persen menuju US$1.683 per troy ounce.

Mengutip data Bloomberg, rilis data ketenagakerjaan AS melampaui ekspektasi. Data menunjukkan nonfarm payrolls (NFP) meningkat 2,5 juta pada Mei 2020, berbanding terbalik dengan proyeksi analis yang memperkirakan penurunan, setelah Jatuh 20,7 juta orang pada bulan sebelumnya.

Sementara itu, pengangguran turun menjadi 13,3 persen dari April 2020 sebesar 14,7 persen. Walaupun masih terbilang tinggi, pelaku pasar sangat antusias karena hal itu menandakan pemulihan ekonomi.

"Tingkat tenaga kerja AS telah mengejutkan semua orang, karena jumlahnya jauh lebih rendah dibandingkan ekspektasi pelaku pasar. Hal ini sangat mengejutkan dan menunjukkan perekonomian membaik," papar Chief Market Analyst Ava Trade Naeem Aslam, seperti dikutip dari Bloomberg, Minggu (7/6/2020).

Harga emas sebelumnya sempat menanjak ke level tertinggi 7 tahun pada April 2020 akibat potensi perlambatan ekonomi sebagai dampak pandemi dari virus Covid-19. Sejumlah negara terpaksa melakukan lockdown dan membatasi pergerakan orang untuk menghindari penyebaran virus.

Namun, lockdown di sejumlah negara dalam waktu dekat kembali dibuka, sehingga aktivitas ekonomi kembali berputar. Sejumlah pemerintah dan bank sentral pun menggelontorkan stimulus untuk memacu ekonomi yang tengah melambat.

Bursa Saham Global mendekati level tertinggi sejak awal Maret 2020 di tengah optimisme pemulihan ekonomi yang lebih cepat.

Sementara itu, kepemilikan emas di exchange traded fund (ETF) turun untuk pertama kalinya pada Kamis (4/6/2020) sejak April 2020. Hal itu mengakhiri reli aliran masuk terpanjang dalam setahun lebih.

Kepemilikan aset emas di ETF turun 2,1 ton menjadi 3.129,2 ton pada Kamis. Namun demikian, permintaan emas di ETF sudah naik lebih dari 20 persen sepanjang 2020.

 

PROSPEK HARGA

Namun demikian, sejumlah analis masih memandang positif prospek harga emas untuk jangka panjang. Ketegangan AS-China, risiko pemulihan ekonomi global, dan ekspektasi stimulus lanjutan dari perbankan, termasuk penurunan suku bunga, akan menjadi faktor utama yang menopang harga batu kuning.

Bank Sentral Eropa (ECB) mengumumkan dorongan lebih besar dari perkiraan dalam pembelian obligasi. ECB meningkatkan program pembelian obligasi pandemi sebesar 600 miliar euro ($ 680 miliar) menjadi 1,35 triliun euro, dan memperpanjangnya hingga setidaknya Juni 2021. Investor juga menantikan stimulus lanjutan dari AS.

"Meskipun harga emas mungkin menghadapi koreksi jangka pendek, harga masih dapat naik menuju rekor tertinggi pada semester II/2020," papar Direktur Metal Focus Nikos Kavalis.

Sejumlah bank dan institusi keuangan juga meningkatkan perkiraan harga terhadap logam mulia. JP Morgan Asset Management mengubah rekomendasinya pada emas dan logam mulia lainnya menjadi overwight. Adapun, Credit Suisse menaikan ekspektasi harga emas, dan memproyeksikan harga menuju US$1.800 per troy ounce pada 2021.

Menurut Credit Suisse dan JP Morgan AM, faktor utama lainnya yang menopang kenaikan harga emas ialah pelemahan dolar AS dan tekanan terhadap inflasi. Pada penutupan perdagangan Jumat, indeks dolar AS naik 0,27 persen ke posisi 96,937. Namun, indeks terkoreksi dari level tertinggi yang sempat mencapai 102.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Sumber : bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper