Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pekan Depan, Rupiah Diprediksi Menuju Level Rp13.600

Sebagai informasi mata uang garuda telah menguat 15,45 persen dari level Rp16.413 sejak kuartal II/2020 bergulir
Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Senin (18/5/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Senin (18/5/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah diperkirakan bakal melanjutkan reli ke level Rp13.600 pada pekan kedua di Juni 2020 atau pekan depan.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan mata uang garuda bakal menguji level resistance Rp13.600. Berdasarkan data Bank Indonesia, terakhir kali rupiah menyentuh level itu pada 14 Januari 2020 yakni Rp13.654.

Bila rupiah bergerak ke level tersebut, mata uang garuda kembali ke level sebelum terjadi pandemi virus corona (Covid-19).

“Dalam penutupan pasar Jumat, rupiah ditutup menguat 217 point ke level Rp13.877. [Menurut saya] dalam perdagangan Senin rupiah masih akan menguat kemungkinan mendekati Rp13.600,” katanya kepada Bisnis, Sabtu (6/6/2020).

Menurutnya salah satu faktor penguatan ditopang oleh strategi bauran ekonomi yang diberlakukan Bank Indonesia dan penerapan kenormalan baru oleh pemerintah pusat.

Disamping itu, suku bunga obligasi yang tinggi menjadi magnet tersendiri bagi pelaku pasar sehingga arus modal asing masuk dengan deras.

Sebagai informasi mata uang garuda telah menguat 15,45 persen dari level Rp16.413 sejak kuartal II/2020 bergulir. Pakar strategi valuta asing di Malayan Banking Bhd. Yanxi Tan mengatakan penguatan itu ditopang oleh obligasi yang diterbitkan pemerintah.

“Ekspektasi suku bunga lebih rendah yang bertahan lebih lama di seluruh dunia telah meningkatkan daya tarik obligasi Indonesia,” ujar pakar strategi valuta asing di Malayan Banking Bhd. Yanxi Tan, seperti dilansir dari Bloomberg, Jumat (5/6/2020).

Bloomberg melansir investor asing telah membeli US$973,2 juta obligasi yang diterbitkan pada kuartal II/2020. Jumlah itu belum termasuk obligasi yang dijual sebanyak US$8,61 miliar pada kuartal I/2020.

Mitul Kotecha, Senior Emerging Market Strategist mengatakan pasar tengah mengabaikan kemungkinan masalah fiscal atau pertumbuhan yang tidak sesuai target. Pasalnya, otoritas tengah mendorong penguatan rupiah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper