Bisnis.com, JAKARTA — Indeks harga saham gabungan (IHSG) mengalami koreksi setelah enam hari berturut-turut mengalami penguatan. Namun, analis menilai penurunan ini wajar sebagai koreksi sehat.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks harga saham gabungan (IHGS) parkir di zona merah dengan melemah 0,49 persen atau 24,302 poin ke level 4.916,704, Kamis (4/6/2020). Koreksi itu mengakhiri rentetan penguatan indeks dalam enam hari terakhir.
IHSG sempat menguat menembus level resistan 5.014,764 pada pembukaan, Kamis (4/6/2020). Namun, laju indeks terjun ke zona merah pada sesi kedua.
Total nilai transaksi di pasar reguler, tunai, dan negosiasi senilai Rp12,30 triliun. Investor asing masih mencetak net buy atau beli bersih senilai Rp980,29 miliar.
Dalam sepekan terakhir, dana asing tengah mengalir deras ke pasar modal dalam negeri. Tercatat, nilai net buy senilai Rp3,88 triliun dalam sepekan terakhir dan membuat IHSG menguat 5,93 persen.
Analis PT Kresna Securities Etta Rusdiana Putra mengatakan rally IHSG lebih cepat dibandingkan dengan pemulihan ekonomi riil. Menurutnya, kondisi itu disebabkan oleh arus modal asing yang kembali masuk.
Baca Juga
“Profit taking ini terjadi karena IHSG naik c25 dalam waktu 2 bulan. Artinya, ini menjadi insentif bagi sebagian orang untuk merealisasikan keuntungan posisi jangka pendek,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (4/6/2020).
Etta mengatakan koreksi yang terjadi untuk IHSG masih dalam kondisi wajar. Pihaknya menyarankan pelaku pasar harus lebih selektif dalam memilih saham ke depan karena diskon sudah tidak sebanyak periode Maret 2020—April 2020.
“Alternatifnya, investor dapat memperpanjang horizon investasinya dan mulai melihat valuasi di 2021 atau 2022,” paparnya.
Sementara itu, Vice President Research Artha Sekuritas Frederik Rasali penopang pergerakan IHSG dalam beberapa terakhir yakni aliran modal masuk investor asing. Dana itu cukup mencapai lebih dari Rp500 miliar per hari.
“Untuk penurunan, saya melihat memang ada pengaruh perpanjangan pembatasan sosial berskala besar [PSBB] tapi yang dominan adalah hingga saat ini investor masih terus menimbang pemulihan ekonomi setelah dibukanya kembali ekonomi secara global,” tuturnya.
Investor, lanjut dia, masih mengkhawatirkan bahwa ekonomi tidak akan pulih secara cepat atau dalam jangka 1 tahun. Beberapa data ekonomi di seluruh dunia masih disoroti dan saat ini belum terlihat membaik.
“Tentunya bila terjadi perbedaan jauh antara harga saham dan kinerja di sektor riil maka perlu dipertanyakan apakah peningkatan tersebut sejalan dengan pemulihan sektor riilnya,” paparnya.
Frederik memprediksi IHSG masih akan volatil hingga data fundamental dapat mendukung peningkatan. Pembukaan kembali ekonomi diyakini dapat memulihkan kondisi tetapi risiko masih tetap tinggi.
Secara terpisah, Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio mengatakan perpanjangan PSBB menjadi penekan IHSG sesi, Kamis (4/6/2020). Menurutnya, kebijakan itu membuat pelaku pasar khawatir dan menjadi sinyal bahwa masih perlu waktu untuk pemulihan ekonomi kembali ke level normal.
“Saat ini investor mulai berburu emiten dengan fundamental bagus yang sedang terdiskon sehingga kedepannya IHSG diperkirakan masih akan mengalami kenaikan,” ujarnya.