Bisnis.com, JAKARTA – PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum siap merealisasikan sejumlah rencana usaha usai mengantongi dana segar dari penerbitan obligasi global senilai US$2,5 miliar atau setara Rp37,5 triliun (Kurs Rp15.000).
Menurut sumber Bisnis, penerbitan surat utang ini salah satunya dilakukan untuk melunasi utang atau refinancing terhadap obligasi Inalum. Alokasi dana untuk pelunasan utang mencapai kisaran US$1 miliar.
Pelunasan utang sejalan dengan rencana tender offer tunai atas obligasi global senilai US$1 miliar dan obligasi global senilai US$1,25 miliar. Masing-masing obligasi ini memiliki kupon sebesar 5,23 persen dan 5,71 persen yang akan jatuh tempo pada 2021 dan 2023.
“Alokasinya itu, pertama US$1 miliar untuk refinancing obligasi sebelumnya. Jadi untuk menghemat biaya bunga. Ini window-nya cuma saat ini, belum tentu ke depan dapat kondisi yang bagus,” jelas Sumber Bisnis, Selasa (12/5/2020).
Obligasi senilai US$2,5 miliar yang diterbitkan Inalum terdiri dari tiga seri, yaitu tenor 5 tahun, 10 tahun, dan 30 tahun. Adapun, kupon yang ditawarkan adalah 4,75 persen untuk 5 tahun, 5,45 persen untuk 10 tahun, dan 5,8 persen untuk 30 tahun.
Dalam tender offer yang dilakukan, perseroan melayangkan tawaran sebesar US$1.025 per US$1.000 untuk nilai pokok obligasi yang jatuh tempo pada 2021.
Baca Juga
Sementara itu, untuk obligasi yang jatuh tempo pada 2023, perseroan menawarkan US1.045 per US$.1000 nilai pokok obligasi.
Inalum disebut akan lebih berfokus pada refinancing obligasi jatuh tempo pada 2021 terlebih dahulu. Berdasarkan tawaran tersebut, perseroan akan merogoh sedikitnya US$1,02 miliar.
Sisa dana dari penerbitan surat utang ini akan digunakan untuk refinancing utang berdenominasi dolar AS di level anak usaha. Refinancing akan dilakukan baik untuk liabilitas dalam bentuk surat utang maupun pinjaman dari perbankan.
Selain itu, dia mengatakan dana ini akan dialokasikan untuk melancarkan proses akuisisi perusahaan tambang. Inalum saat ini diketahui tengah melakukan pembelian 20 persen—25 persen saham PT Vale Indonesia Tbk. Proses ini ditargetkan selesai pada akhir Mei 2020.
Sumber Bisnis menambahkan emisi surat utang ini juga sejalan dengan arahan dari pemerintah Indonesia. Penerbitan bond diharapkan dapat membawa masuk valuta asing untuk menjaga nilai stabilitas tukar rupiah terhadap dolar AS.