Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Walau Ada Pandemi Covid-19, Pendanaan Lewat Pasar Modal Belum Surut

Di tengah likuiditas yang ketat, perbankan lebih selektif menyalurkan kredit. Oleh karena itu, pasar modal dinilai menjadi wahana bagi korporasi untuk menggalang dana.
Pekerja mengambil gambar pergerakan Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan ponselnya di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (11/5/2020). Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pergerakan IHSG pada Senin (11/5/2020) berakhir di level 4.639,1 dengan penguatan sekitar 0,91 persen atau 41,67 poin dari level penutupan perdagangan sebelumnya. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Pekerja mengambil gambar pergerakan Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan ponselnya di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (11/5/2020). Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pergerakan IHSG pada Senin (11/5/2020) berakhir di level 4.639,1 dengan penguatan sekitar 0,91 persen atau 41,67 poin dari level penutupan perdagangan sebelumnya. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA — Potensi penggalangan dana lewat pasar modal dinilai masih potensial bagi korporasi kendati industri keuangan dibayangi pandemi virus corona (Covid-19).

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melansir, per 5 Mei 2020, tercatat ada 61 perusahaan yang berniat menggalang dana lewat pasar modal melalui berbagai skema. Total indikasi dan yang terkumpul senilai Rp29,1 triliun.

Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan mengatakan kendati Covid-19 masih tak dapat diprediksi kapan akan selesai, tapi efek dari pandemi ini masih dikategorikan sebagai efek jangka pendek atau short term effect

Dia menerangkan, investor masih melihat penggalangan dana lewat pasar modal sebagai investasi jangka panjang sehingga risiko jangka pendek sudah diperhitungkan. 

“Misalnya untuk IPO [initial public offering], ini karakteristiknya jangka panjang. Apalagi emiten-emiten yang IPO di pasar perdana ini didominasi institusi,” tuturnya kepada Bisnis, Senin (11/5/2020).

Perihal IPO, Alfred mengatakan persoalan size atau ukuran dana yang dibidik juga berpengaruh. Dia menilai meski jumlah emiten yang telah melantai di bursa sepanjang tahun berjalan lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Akan tetapi, target dana yang dihimpun cenderung lebih kecil

Sebagai catatan, dari awal tahun hingga Mei ini telah ada 27 perusahaan yang mencatatkan diri di bursa. Sementara pada periode yang sama tahun lalu, hanya ada 12 emiten baru yang tercatat.

“Kenapa tahun ini marak? Karena size-nya kecil-kecil, paling maksimal Rp200 miliar, yang paling kecil ada di Rp20-20 miliar. Selama underwriter-nya bisa mencari dana itu ya IPO tetap jalan,” ujar Alfred.

Di tengah kondisi pandemi, Alfred menyebut peluang untuk penggalangan dana di pasar modal masih lebih terbuka dibandingkan dengan fasilitas pinjaman dari bank. Dia beralasan, di tengah likuiditas yang tertekan, bank akan jauh lebih selektif memberikan kucuran dana.

“Tapi jangan juga dibilang kondisinya [di pasar modal] lebih mudah. Investor itu sama, pasti akan lebih selektif, tapi kembali lagi kalau di bursa bisa saja memang ada investor yang mencari saham murah,” jelasnya.

Pertimbangan harga, tambah Alfred, juga menjadi salah satu faktor yang memengaruhi penyerapan efek yang dilempar ke pasar modal. Emiten mau tak mau akan membuat penawaran dengan harga lebih rendah dari kondisi normal dan hal tersebut akan dimanfaatkan sebagai investor terutama investor jangka panjang. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper