Bisnis.com, JAKARTA – Emiten alat kesehatan dan farmasi PT Indofarma Tbk. (INAF) mencatatkan rugi bersih sebesar Rp21,42 miliar pada kuartal I/2020.
Direktur Keuangan Indofarma Herry Triyatno menjelaskan volume penjualan pada enam bulan pertama setiap tahunnya memang selalu kecil dibandingkan semester kedua.
“Nature bisnis INAF memang volume penjualan kecil di enam bulan pertama, akan meningkat signifikan mulai Juli,” ujar Herry kepada Bisnis.com, Senin (4/5/2020).
Lebih lanjut, dia menjelaskan umumnya bisnis tender akan teralisasi pada kuartal ketiga dan keempat setiap tahunnya.
Di sisi lain, perseroan juga mencetak kenaikan dari pos penjualan sebesar 8,73 persen dari posisi Rp136,26 miliar menjadi Rp148,16 miliar pada tiga bulan pertama tahun 2020.
“Mulai April penjualan alat kesehatan mulai nampak kemajuannya. Kami harapkan kinerja kuartal II/2020 akan lebih baik dari tahun lalu,” imbuh Herry.
Baca Juga
Indofarma juga sudah melakukan perubahan strategi bisnis dengan perlahan-lahan menaikkan proporsi penjualan reguler apotik, rumah sakit, puskesmas, dan lain-lain.
Perseroan bergeliat meningkatkan proporsi penjualan alat kesehatan dan mengurangi proporsi produk farma meski volume penjualannya sendiri tetap naik.
Herry pun menyampaikan posisi laba rugi pada laporan keuangan unaudited tahun 2019 menunjukkan kinerja yang positif sama seperti yang disebutkan Direktur Utama Indofarma Arief Pramuhanto saat RDP dengan Komisi VI DPR RI pada Selasa (21/4/2020) lalu, yang meyakini bahwa perseroan bisa mencetak laba sebesar Rp7,6 miliar pada tahun 2019.
“Sejauh ini auditor belum selesai, tertunda karena COVID-19,” pungkasnya.
Seperti diketahui, Indofarma mencatatkan rugi bersih sebesar Rp21,42 miliar pada kuartal I/2020.
Jumlah itu turun tipis 1,61 persen dibandingkan periode sebelumnya Rp21,77 miliar. Dengan begitu rugi bersih per saham yang dapat diatribusikan menjadi Rp6,91 dari posisi Rp7,03.
Sementara itu, total pendapat perseroan tercatat sebesar Rp148,16 miliar naik 8,73 persen dibandingkand dengan kuartal I/2019 Rp136,26 miliar. Segmen penjualan lokal menyumbang Rp142,86 miliar sedangkan segmen penjualan ekspor Rp5,30 miliar.
Bila diperinci penjualan obat lokal menghasilkan Rp118,94 miliar, ethical Rp1,18 miliar, sedangkan alat kesehatan Rp22,73 miliar. Adapun ekspor ethical sebesar Rp215,74 juta dan over the counter Rp5,09 miliar. Namun, beban pokok perseroan tumbuh 37,30 persen menjadi Rp119,51 miliar.
Emiten berkode saham INAF itu juga mencatatkan penurunan beban penjualan sebesar 18,55 persen emnadji Rp27,80 miliar. Kinerja emiten plat merah itu diganjal oleh pos kerugian lain sebesar Rp3,69 miliar yang pada tahun sebelumnya tidak ada.
Selain itu, total liabilitas perseroan mencapai Rp918,65 miliar naik 1,46 persen year-on-year (yoy). Liabilitas jangka pendek menyumbang Rp533,79 miliar sedangkan jangka panjang Rp348,86 miliar.
Total aset perseroan mencapai Rp1,4 triliun dengan aset lancar Rp842,40 miliar dan aset tidak lancar Rp559,40 miliar. INAF pada triwulan pertama mencatatkan pengeluaran untuk kas operasi Rp86,66 miliar dan belum melakukan belanja modal. Dengan begitu kasa dan setara kas perseroan tercatat Rp60,03 miliar.