Bisnis.com, JAKARTA - Saham emiten alat kesehatan dan farmasi PT Indofarma Tbk. (INAF) melesat setelah direksi memberikan sinyal perolehan laba, setelah 3 tahun berturut-turut mencatatkan kerugian.
Pada perdagangan Rabu (22/4/2020) sesi I, saham INAF melonjak 7,69 persen atau 80 poin menjadi Rp1.120. Sepanjang perdagangan, harga bergerak di rentang Rp1.030 - Rp1.195.
Nilai transaksi mencapai Rp15,95 miliar dengan volume 4.877 kali transaksi. Kapitalisasi pasarnya mencapai Rp3,47 triliun, dengan price to earning ratio (PER) -74,67, karena masih mencatatkan kerugian.
Dalam sebulan terakhir, saham anggota Holding BUMN Farmasi ini menanjak 58,87 persen. Sepanjang 2020, harga menguat 28,74 persen.
Saham INAF menghijau pada hari ini seiring dengan optimisme manajemen perihal pembukuan laba pada laporan keuangan 2019.
Direktur Utama Indofarma Arief Pramuhanto menyatakan pihaknya optimis dapat mencetak laba untuk tahun buku 2019 lalu dilihat dari data kinerja keuangannya.
Baca Juga
“Kalau di lihat dari tahun 2016 sampai 2018, kita agak prihatin karena masih merugi. Di tahun 2017 malah (rugi) Rp46 miliar, 2018 (rugi) Rp32 miliar,” ungkap Arief saat menjalani Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Selasa (21/4/2020).
Berdasarkan data kinerja operasional unaudited yang disajikan Indofarma, perseroan pelat merah tersebut meyakini bisa mencetak laba sebesar Rp7,6 miliar pada tahun 2019.
Meski begitu, penjualan perseroan dilaporkan turun dari posisi Rp1,59 triliun pada tahun 2018 menjadi Rp1,36 triliun pada tahun lalu.
“Tahun 2019, insyallah meskipun ini masih home statement, kita harapan bisa meraih keuntungan,” tuturnya.
Perseroan pun menargetkan pada tahun 2020 mendatang Indofarma akan memperoleh kenaikan laba sekitar Rp13,56 miliar bersamaan dengan peningkatan penjualan sebesar Rp1,63 triliun.
Arief merincikan pada tahun 2020 perseroan akan bekerja sekeras mungkin untuk mendapatkan profit dengan menjalankan sejumlah strategi seperti memperbesar portofolio segmen penjualan dari di sisi reguler.
Dahulu, penjualan reguler hanya berkontribusi 30 persen terhadap pendapatan. Di sisi lain, perusahaan akan mengurangi segmen penjualan tender yang dahulunya mendominasi sebesar 50 persen, dan juga segmen e-catalog sebesar 20 persen.
Dari portofolio produk, Indofarma sendiri memiliki tiga portofolio produk yakni; farma, alat kesehatan dan herbal.
Ke depannya, perseroan akan memperbesar portofolio produk alat kesehatan sesuai dengan arahan dari Kementerian BUMN, bahwa ke depannya Indofarma menjadi perusahaan pelat merah di bidang alat kesehatan.
RESTRUKTURISASI
Indofarma menyatakan telah memperbaiki struktur keuangan dan menerapkan efisiensi biaya melalui restrukturisasi pinjaman dengan kreditur. Restrukturisasi utang membuat perusahaan menghemat beban bunga hingga Rp30 miliar.
Arief Pramuhanto mengatakan pada 2019 lalu perseroan sudah melakukan restrukturisasi dengan pihak perbankan, terutama kreditur dari kalangan bank pelat merah.
“Kita punya tiga bank kreditur yaitu ada Mandiri, BNI dan bank ekspor (Exim Bank), kita sudah restrukturisasi,” ujarnya.
Dia menambahkan, restrukturisasi utang membuat Indofarma bisa mencetak efisiensi sekitar Rp30 miliar. Efisiensi timbul dari penghematan beban bunga.
Menurut Arief, restrukturisasi utang merupakan salah satu strategi agar perseroan mampu mencetak laba pada tahun ini.
Dari sisi operasional, Indofarma akan memperbesar portofolio segmen penjualan reguler dan mengurangi dominasi segmen penjualan tender sebesar 50 persen dan e-catalog sebesar 20 persen.
Emiten bersandi saham INAF itu juga akan memperbesar portofolio produk alat kesehatan sesuai dengan arahan dari Kementerian BUMN. Untuk diketahui, Indofarma kini diarahkan untuk menjadi BUMN yang bergelut di bidang alat kesehatan.